SAPDA DIY Launching Perpustakaan Ramah Difabel
Hadirnya perpustakaan tentu sangat dinantikan untuk memenuhi kebutuhan manusia akan informasi.
Penulis: una | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Rona Rizkhy Bunga Chasana
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Setiap orang butuh informasi dan membaca untuk meningkatkan wawasan mereka tentang suatu hal. Maka dari itu, hadirnya perpustakaan tentu sangat dinantikan untuk memenuhi kebutuhan manusia akan informasi.
Namun terkadang, perpustakaan yang tersedia tidak mudah diakses bagi beberapa kalangan sepertihalnya para difabel. Difabel khususnya tuna netra tentunya membutuhkan perpustakaan yang dapat memenuhi kebutuhannya misalnya tersedianya buku braile, audio, ataupun JAWS (Job Access With Speach) screen reader yang mana dapat membantu tuna netra untuk membacakan buku yang sudah tersedia dalam bentuk soft file.
Maka dari itu, mulai 10 Juni 2016 lalu SAPDA (Sentra Advokasi Perempuan, Difabel, dan Anak) melaunching perpustakaan aksesibilitas yang bertujuan untuk mendukung difabel khususnya tuna netra agar tak ketinggalan dalam mendapatkan informasi dari buku.
Walaupun belum seratus persen jadi, perpustakaan aksesibilitas tersebut sedikit demi sedikit digarap demi tujuan mulia membantu teman-teman difabel dalam hal pemenuhan informasi.
"Perpustakaan aksesibilitas memang penting karena di daerah sendiri masih belum maksimal dalam sumber informasi karena terkendala dalam hal visual serta mobilitas yang kurang. Maka dari itu, kami dirikan perpustakaan ini agar teman netra tak ketinggalan informasi," ujar Dhinda Panji selaku Koordinator Program.
Penyelenggaraan perpustakaan tersebut juga didukung oleh AWO Internasional yang bekerjasama dengan SAPDA dalam hal hubungan kemitraan yang mensupport beberapa hal untuk memenuhi kebutuhan perpustakaan.
Sejumlah 3 volunteer dari AWO pun diterjunkan untuk membantu berjalannya perpustakaan aksesibilitas SAPDA dalam kurun waktu 3 bulan.
Hampir 500 buku sudah dimiliki perpustakaan atas bantuan dari beberapa pihak dan buku-buku tersebut pun kini sedang dalam pendataan.
Selain buku, ada beberapa ebook yang telah dimiliki SAPDA namun jumlahnya masih terbatas. Agar dapat memenuhi kebutuhan para difabel netra pihaknya pun sudah melakukan uji coba scanning dokumen.
"Kami kemarin ada temuan bahwa scaning dokumen dapat menghasilkan pdf yang kemudian ditransfer ke komputer namun belum bisa terbaca langsung oleh JAWS maka harus diconvert ke Abbyfind reader terlebih dahulu dilanjutkan transfer ke pdf dan akhirnya bisa dibaca oleh JAWS, pembaca layar. Dengan bantuan JAWS maka bisa membantu difabel netra untuk membaca buku dalam bentuk pdf tersebut," tambah Dindha.
Sejauh ini ada 4 komputer yang terdiri dari 1 PC dan 3 laptop yang sudah dilengkapi JAWS. Sementara itu untuk pengadaan bukunya kebanyakan SAPDA memeroleh dari seminar, pelatihan, yang diikuti oleh anggota SAPDA, serta buku-buku yang telah diterbitkan oleh SAPDA.
Selain itu, pihaknya akan melakukan kerjasama dengan beberapa perpustakaan yang ada di DIY untuk pengadaan buku braile. Dan saat ditemui beberapa hari yang lalu pihaknya memeroleh bantuan buku dari perpustakaan Kota Yogyakarta.
"Pelan-pelan dulu semoga 2017 bisa hasilkan 100 sampai 150 e-book," ujar Dhinda.
Dengan kerjasama dengan beberapa perpustakaan di DIY, SAPDA berharap mendapatkan user id yang akan disediakan untuk difabel netra agar bisa mengakses buku di perpustakaan tertentu via internet. (*)