Bank Sampah Gemah Ripah Adopsi Sistem Perbankan

Berinisiatif membuat wadah pengelola sampah bernama Bank Sampah Gemah Ripah di kediamannya, beralamat di Badegan, Bantul.

Penulis: usm | Editor: oda
Tribun Jogja/ Khaerur Reza
Tempat sampah organik dan non organik. (ilustrasi) 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Usman Hadi

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Melihat persoalan sampah yang terus melilit masyarakat, Bambang Suwerda (46) Dosen Kesehatan Lingkungan Poltekes Yogyakarta, berinisiatif membuat wadah pengelola sampah bernama Bank Sampah Gemah Ripah di kediamannya, beralamat di Badegan, Bantul.

Adapun konsep yang diusung dalam Bank Sampah tersebut mengadopsi konsep ala perbankan.

"Jadi setiap penabung di Bank Sampah Gemah Ripah kami kasih buku rekening. Buku rekening itu bisa atas nama pribadi, bisa juga atas nama lembaga," ulas Bambang, yang tercatat sebagai Direktur Bank Sampah Gemah Ripah, Minggu (22/5/2016).

Setiap sampah yang ditabung di Bank Sampah Gemah Ripah, memang hasilnya diberikan dalam bentuk uang.

Uniknya uang tersebut tak langsung diberikan ke nasabah, melainkan disimpan di Bank Sampah dengan tiap nasabah diberikan catatan berupa buku rekening.

"Biasanya masyarakat banyak mengambil hasil tabungannya menjelang lebaran," ulasnya.

Bank Sampah Gemah Ripah sebenarnya telah berdiri sejak 2008. Bambang bercerita, mulanya idenya itu tak banyak mendapat dukungan masyarakat Badegan.

Namun seiring berjalannya waktu, mulai banyak masyarakat yang mendukung gagasannya. Hal ini dapat ditilik dari meningkatkan jumlah nasabah di bank tersebut.

"Dulu hanya puluhan yang menabung di Bank Sampah Gemah Ripah, tapi sekarang jumlah nasabahnya hampir mencapai ribuan," ungkapnya.

Tak hanya masyarakat saja, menurut Bambang sekarang ini juga banyak instansi di Bantul yang mulai menabungkan sampahnya di Bank Sampah Gemah Ripah. Baik itu lembaga pendidikan, kesehatan, bahkan juga lembaga pemerintahan.

"Sekarang ini ada nasabah yang tabungannya mencapai 1 juta, ada juga yang 500ribu, Itu semua hasil dari sampah yang ditabung di sini," paparnya.

Menurut Bambang, banyak manfaat dengan hadirnya Bank Sampah Gemah Ripah. Selain bisa menjadi sarana edukasi, menjaga lingkungan, dan keuntungan sosial lainnya.

Bank sampah juga bisa memberikan nilai ekonomis tersendiri buat masyarakat. "Dengan menabung sampah di Bank Sampah, setiap nasabah bisa memperoleh rupaih," sebutnya.

Terpisah Teller Bank Sampah Gemah Ripah, Hesti Wijayanti (39) menambahkan jika bank sampah tersebut sebenarnya bermula ketika gempa 2006 mengguncang wilayah DIY.

Selepas gempa, banyak barang elektronik warga yang rusak, sementara banyak warga yang kebingungan mau diapakan barang yang sudah rusak itu. Lantas atas inisiatif Bambang, barang rongsokan itu dikumpulkan lalu dikelola.

"Berawal dari cikal bakal itu, kemudian berdiri Bank Sampah Gemah Ripah tahun 2008. Awalnya yang kami terima hanya sampah jenis styrofoam, kemudian disusul plastik. Hingga sekarang kami bisa menerima 40 jenis sampah," ulasnya.

Di antara jenis sampah yang bisa ditabung di Bank Sampah Gemah Ripah seperti kresek, plastik putih, plastik sablon, kertas, arsip, koran, kardus, dan beraneka sampah lainnya, asalkan sampah itu terpilah dan kering.

"Kalau mekanisme penambungan, jika nasabah datang ke Bank Sampah maka 85% hasilnya untuk nasabah, dan 15% lainnya untuk kas operasional Bank Sampah. Berbeda jika petugas Bank Sampah datang mengambil langsung di rumah nasabah, maka pembagiannya 70% untuk Bank Sampah, dan 30% nasabah," ulas Hesti. (tribunjogja.com)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved