Sego Koyor, Hidangan Khas Yogya di Kala Malam Hingga Dini Hari
Sego koyor sendiri adalah kuliner berupa urat sapi yang disajikan bersama nasi putih.
Penulis: Hamim Thohari | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Hamim Thohari
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Malam itu, di salah satu sudut Kota Yogyakarta, tepatnya di jalan Brigjend Katamso, terlihat sebuah emperan bengkel ramai orang.
Mereka bukannya akan memperbaiki kendaraan, melainkan ingin menikmati makanan yang dijual oleh seorang perempuan paruh baya.
Di emperan bengkel bernomor 111 tersebut, Suparti (58), setiap malamnnya menjajakan makanan yang akan sulit anda temukan di tempat lain, yakni Sego (nasi) Koyor.
Di Yogyakarta sendiri, hanya di tempat ini anda bisa menemukan makanan yang satu ini. Maka tidak heran jika bagi sebagian orang kuliner ini cukup asing di telinga.
Suparti sendiri adalah generasi kedua penjual sego koyor.
"Dulu yang pertama jualan adalah ibu saya yang bernama Bu Parman. Beliau mulai berjualan sego koyor sejak tahun 1968," cerita Suparti.
Sebelum berjualan di jalan Brigjend Katamso, Bu Parman berjualan di terminal yang pertama kali ada di Yogyakarta, yang saat ini tempatnya digunakan untuk Taman Pintar.
Sego koyor sendiri adalah kuliner berupa urat sapi yang disajikan bersama nasi putih.
"Selain sego koyor, banyak juga pelanggan yang menyebutnya sego urat," ungkap Suparti.
Urat sapi yang digunakan dalam hidangan ini adalah urat yang ada di sekitar persendian tulang sapi.
Diungkapkan Suparti, bagian tersebut dimasak dengan bumbu menyerupai gulai dengan kuah santan yang tidak terlalu kental.
Saat mencicipi hidangan ini, citarasa gurih akan langsung anda rasakan. Jika selama ini, bagian urat dikenal kenyal, maka hal tersebut tidak berlaku untuk hidangan satu ini.