Penuhi Gizi Bayi dan Anak, Pandes Dirikan Baby Cafe

Disana dirinya memeroleh pengetahuan, bahwa masa tumbuh kembang fisik berlangsung antara umur 6 bulan sampai dua tahun.

Penulis: pdg | Editor: oda
tribunjogja/padhangpranoto
Kegiatan yang ada di Pos Paud Desa Pandes. Tempat ini menjadi satu dengan balai desa dan Baby Cafe, yang tujuannya membuat tumbuh kembang bayi menjadi terhindar dari stunting. Selasa (16/2). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Padhang Pranoto

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Bertujuan memenuhi gizi setelah pemberian ASI eksklusif, Pemdes Pandes, Kecamatan Wedi-Klaten mendirikan Baby Cafe.

Di stand sederhana yang digelar setiap pagi pukul 06.00 WIB itu, menyediakan berbagai penganan untuk bayi selepas umur 6 bulan.

Disamping itu, cafe tersebut pun menyediakan konsultasi gratis untuk pembuatan makanan bagi anak di rumah.

Bidan Desa Pandes Sri Budiarti mengatakan, ide tersebut berawal dari kegiatan posyandu dan pelatihan pembuatan makanan tambahan yang ia ikuti.

Disana dirinya memeroleh pengetahuan, bahwa masa tumbuh kembang fisik berlangsung antara umur 6 bulan sampai dua tahun.

Di masa tersebut, jika bayi tidak memeroleh asupan makanan setelah ASI yang baik, bisa jadi akan mengalami tubuh stunting (mengalami kekurangan gizi, hingga menyebabkan pendek).

"Dari situlah kami dalam perkumpulan ibu-ibu membahas bagaimana mempertahankan dan meningkatkan gizi anak setelah diberi air susu ibu eksklusif secara enam bulan, atau disingkat pemberian makan bayi dan anak (PMBA)," katanya Selasa (16/2/2016).

Berdasarkan pengalamannya, jika bayi telah selesai meminum ASI Ekslusif, terdapat kecenderungan berat badan ataupun nafsu makan bayi menjadi turun.

Hal itu terjadi meskipun ibu telah memacu dengan menggunakan produk makanan tambahan pabrikan.

Disamping itu, kesibukan ibu diwaktu pagi juga memengaruhi pola pemberian makanan. Padahal dari kebiasaan pemberian bergizi, bisa dipergunakan untuk mengisi tenaga seharian.

"Ibu seringkali sibuk melayani suami berangkat kerja, menyiapkan sarapan untuk kakanya yang sekolah, sehingga yang balita hanya mendapatkan makanan bubur dari pabrikan atau yang tradisional, padahal itu belum sesuai dengan rekomendasi kesehatan. Selain itu, kami juga melayani konsultasi mengenai pembuatan makanan bagi anak. Karena kami tak ingin selamanya para ibu bergantung kepada Baby Cafe," terang Sri.

Berdasarkan hal tersebut, pihaknya kemudian merangkum dana swadaya dan bantuan dari sebuah badan amal. Setelah genap memilik modal sekitar tiga juta rupiah, Baby Cafe pun mulai berjalan pada Bulan Juni 2015 lalu.

Menurut Ketua Tim Penggerak PKK Desa Pandes sekaligus ketua Baby Cafe Dewi Novitasari, Baby Cafe memang memperjualbelikan makanan untuk bayi. Namun demikian, hal itu tidak lantas menjadikan stand tersebut sebagai pencari laba atau profit oriented.

"Setiapp kemasan yang kami perjualbelikan memang lebih rendah harganya dari pasaran. Namun, hal itu tidak lantas mengurangi kualitas dari hidangan. Pada intinya makanan tersebut harus memenuhi empat unsur berupa karbohidrat, sayur-mayur, kacang-kacangan dan sumber protein hewani," kata dia.

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved