Ini Alasan Kenapa Kamu Sebaiknya Tetap 'Judge a Book by its Cover'

Otak akan memutuskan apakah lawan bicara dia bisa dipercaya atau tidak, bahkan sebelum kita menyadarinya

Editor: Mona Kriesdinar
Internet
Ilustrasi 

TRIBUNJOGJA.COM - Peribahasa 'Dont Judge a Book by its Cover' tentu sudah sering kita dengar. Ini artinya bahwa kamu sebaiknya jangan menilai seseorang dari penampilan luarnya saja, tapi lihat juga bagaimana sisi-sisi lainnya yang mungkin tak terlihat hanya dari penampilannya. Bisa jadi, anda terjebak dengan 'sampulnya' saja.

Namun, sebuah peneltian dari tim peneliti Sekolah Bisnis Columbia ini cukup menggelitik untuk mempertanyakan peribahasa tersebut.

Bagaimana tidak, melalui serangkaian penelitian yang sudah dipublikasikan di jurnal Ilmu Psikologi Universitas Columbia, para peneliti percaya bahwa penampilan luar seseorang sebenarnya mencerminkan pikiran batinnya tentang bagaimana ia ingin orang lain memandang dirinya.

Jadi ada hubungan yang jelas antara cara berpikir seseorang dengan tindakannya. Ia akan melakukan tindakan sesuai dengan harapan tentang bagaimana ia ingin dilihat oleh orang lain. Pendeknya, secara tidak sadar mereka akan menanamkan harapan bagaimana orang ingin melihat dia, dan ini akan sangat berpengaruh bagaimana dengan tindakannya kemudian. Ia akan cederung bertindak sesuai harapan tersebut.

"Penelitian sebelumnya mencoba menguji ada tidaknya hubungan tersebut. Tapi kemudian kami menemukan bukti bahwa seseorang yang tampak bisa dipercaya, ternyata pada kenyataannya mereka memang cenderung melakukan tindakan yang bisa dipercaya," jelas Profesor Michael Slepian, penetlii studi ini.

Senada, Profesor Daniel Almes, rekannya dalam peneltian tersebut, mengatakan bahwa orang-orang yang berpenampilan atau memiliki ekspresi wajah yang bisa dipercaya, cenderung akan bertindak lebih jujur. Sebagian karena mereka ingin bertindak sesuai dengan penilaian orang lain.

'Mereka yang tampak tidak dapat dipercaya agak lebih mungkin untuk berbohong, tampaknya karena mereka merasa bahwa mereka tidak akan dipercaya oleh orang lain, " jelasnya sebagaimana dilansir Daily Mail.

Sementara itu dalam penelitian sebelumnya menunjukan bahwa ekspresi seseorang pun bisa menjadi indikator menilai kepribadian seseorang. Mereka yang terlihat bahagia cenderung lebih mudah dipercaya dibandingkan dengan mereka yang tampil dengan ekspresi marah maupun sedih.

Selain itu, para psikolog dari Universitas New York menemukan bukti bahwa otak memiliki kemampuan memberikan sinyal untuk memutuskan apakah seseorang bisa dipercaya atau tidak.

Waktunya pun sangat singat. Otak hanya butuh waktu sekitar 33 milidetik, atau sepersepuluh dari waktu yang dibutuhkan seseorang untuk berkedip.

Otak akan memutuskan apakah lawan bicara dia bisa dipercaya atau tidak, bahkan sebelum kita menyadarinya.

Sebuah temuan yang dipublikasikan dalam Journal of Neuroscience tahun 2014 lalu menyebutkan, otak memiliki kemampuan otomatis untuk memberikan peringatan dan mengirimkan sinyal supaya langsung waspada terhadap orang yang memang kita persepsikan tidak dapat dipercaya.

Penelitian ini pada akhirnya memberikan kesimpulan bahwa kesan pertama merupakan hal yang paling krusial karena ini akan sangat menentukan bagaimana kesan selanjutnya. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved