Buah Bibir

Dari Tomboi Menjadi Girly

Rupanya, penampilan girly Candid begitu ia akrab disapa tergolong belum lama.

dok pri
Candid Erdiata 

TRIBUNJOGJA.COM - Mengenakan stelan atasan bermotif batik bunga berwarna ungu, bawahan celana panjang hitam, dengan aksesori kalung mutiara putih yang melingkar di leher membuat penampilan dara bernama lengkap Candid Erdiata ini feminim saat menemui redaksi Smart Woman, Jumat (12/2/2016) siang.

Rupanya, penampilan girly Candid begitu ia akrab disapa tergolong belum lama.

Sebelumnya, diceritakan Candid, ia justru berpenampilan sebaliknya. Sejak duduk di bangku SMA hingga kuliah, ia selalu tampil tomboi, rambut pendek, celana jeans dan sepatu flat.

Namun, semenjak awal bekerja di dunia hospitality di sebuah hotel bintang lima, kira-kira enam tahun lalu, Candid mulai mengenal yang namanya barang-barang make up yang lazim menjadi bawaan kaum perempuan seperti dirinya.

"Memang pada dasarnya aku orangnya simple. Dulu ngga pernah nyentuh make up. Belajar jadi girly ya pas keterima kerja di hotel waktu itu. Sekarang rambut sudah panjang, dulu selalu trondol (pendek)," ungkap Candid.

Bicara soal karier di dunia perhotelan, dara yang mengaku tak memiliki hobi khusus ini merasa beruntung.

Bagaimana tidak, saat ia mengikuti wisuda pengukuhan gelar sarjana psikologi dari kampusnya di sebuah hotel, ia mendapat tawaran kerja di hotel tempat wisuda tersebut dilaksanakan.

Gayung bersambut, meskipun awalnya sempat pesimis, Candid mencoba tetap menjadi diri sendiri saat menjalani rangkaian tes.

Rupanya kriteria Candid yang dibutuhkan hotel bintang lima yang berada di Semarang tersebut. Candid pun memulai karier di dunia perhotelan dari staf akunting.

"Itu semacam lucky. Lucu juga, aku sarjana psikologi, tapi diterima jadi staf akunting. Memang sih, di-training dari awal, kerjaanku koreksi laporan keuangan, sempat stres juga, setelah membuat laporan keenam aku baru sukses," ungkap Candid.

Kira-kira setahun menjadi staf akunting, Candid mendapat tawaran sebagai Public Relation (PR) di hotel yang sama.

Ia pun tak pikir panjang menerima kesempatan tersebut. Di dunia PR inilah Candid merasakan mendapatkan banyak pengalaman.

"Sebelumnya aku pernah jadi PR hotel juga, setelah semarang, aku ke Solo, Magelang lalu aku pilih aplikasi ke Yogya. Di profesi ini, aku sampai sekarang masih belajar bagaimana supaya image hotel yang aku pegang bisa mendorong orang untuk spend money yang memang mereka kepengin menikmati pelayanan hotel tersebut. Misalnya seperti hotel Marina By Sands yang punya karakter kuat di luar," ungkap Candid.

Keinganan Candid cukup beralasan, ia ibaratkan bisnis hotel dengan brandnya masing-masing sebagai sebuah produk jam tangan. Seseorang rela menabung demi membeli produk jam tangan yang sudah memiliki brand dengan karakter kuat yang secara tak disadari sudah menjadi semacam kebanggaan pakai si pemakainya.

Soal tantangan berkarier di bidang perhotelan sebagai seorang PR, Candid mengaku lagi-lagi merasa diuntungkan lantaran memiliki latar belakang pendidikian psikologi.

Bagi Candid, minimal ketika menghadapi tamu yang karakternya beragam, ia bisa meredam emosi dan mengalihkan ke energi yang lebih positif.

"Bagiku, ada saatnya, ketika dibutuhkan, kita juga perlu memberikan pengertian atau edukasi untuk tamu yang katakanlah susah menerima penjelasan apa yang menjadi komplain yang tak sesuai keinginan mereka," ujar Candid. (tribunjogja.com)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved