Tribun Corner
Aliran Sempalan, Ganti Baju Alias Ganti Nama
Yang menjadi masalah adalah aliran-aliran yang memberi doktrin agar anggota hanya memiliki loyalitas kepada aliran itu.
Penulis: Sulistiono | Editor: Iwan Al Khasni
DOKTER Rica Tri Handayani akhirnya berhasil ditemukan di Kalimantan Tengah. Dokter yang dinyatakan hilang bersama anaknya itu selama beberapa hari menjadi buah bibir di media massa maupun media sosial karena pergi dengan meninggalkan surat pamit kepada suaminya yang juga seorang dokter.
Ternyata Polda DIY yang mencari keberadaan orang hilang tidak hanya menemukan Rica namun juga tiga warga Boyolali, Jateng, dan dua orang perekrut mereka.
Kita memberi apresiasi kepada Polda DIY da semua pihak atas keberhasilan pencarian ini. Dengan demikian rasa penasaran masyarakat bisa terjawab dengan jelas, bukan sekedar isu yang belum jelas kebenarannya.
Adalah sangat baik memberi penjelasan kepada publik terkait masalah ini karena sedikit banyak banyak orangtua, suami, istri dan anak-anak di luar sana yang memendam keresahan.
Mereka khawatir anggota keluarga menjadi bagian yang hendak ditarik untuk masuk ke organisasi, perkumpulan atau apapun jenisnya. Yang dikhkawatirkan adalah bila mereka sudah masuk, maka keluarga menjadi nomor dua.
Banyak orang bertanya-tanya mengapa orang dengan kualifikasi pendidikan tinggi tertarik untuk mengikuti sebuah kelompok dengan rela meninggalkan suami. Padahal dalam hitung-hitungan yang wajar, dengan pendidikan dan profesi yang tinggi, kehidupan akan berjalan relatif mudah.
Cerita tentang orang yang hilang -- yang sebenarnya adalah pergi tanpa pamit -- bukan merupakan cerita baru. Negeri kita adalah ladang subur munculnya organisasi, klub, ormas dan aliran yang berbeda-beda tujuan.
Yang menjadi masalah adalah aliran-aliran yang memberi doktrin agar anggota hanya memiliki loyalitas kepada aliran itu.
Biasanya inilah yang membuat mereka yang masuk menjadi anggota berani menentang anggota keluarga, termasuk melawan orangtua.
Apakah mereka menganggap agama-agama yang diakui di Indonesia belum cukup memadai untuk membawa mereka memperoleh keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat?
Ini merupakan pertanyaan yang menantang karena pada kenyataannya aliran sempalan tidak hanya dialami oleh satu agam, namun oleh berbagai agama.
Di agama Islam lebih sering muncul ke permukaan karena memang aliran sempalan -- yang oleh Majelis Ulama Indonesia disebut aliran sesat -- muncul silih berganti.
Berdasarkan data dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), tercatat tidak kurang dari 250 aliran sesat ada di Indonesia. Karena ini menyangkut masalah keyakinan, maka cara terbaik untuk menangkal adalah dengan keyakinan pula.
Kalau keyakinan tidak ikut dibongkar dan hanya pelarangan yang dilakukan, biasanya mereka hanya berganti baju alias ganti nama. (TRIBUNJOGJA.COM | Sulistiono )
