Geliat Ojek Online di Jogja
Kalau Go-Jek Mangkal di Malioboro, Kami Akan Bereaksi
Ojek di kawasan Malioboro ini pelayanananya sudah bagus kok. Kalau ketambahan Go-Jek saya kurang setuju
Penulis: Kurniatul Hidayah | Editor: Ikrob Didik Irawan
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pro dan kontra mulai muncul seiring dengan keberadaan ojek online Go-Jek yang sudah merambah kawasan Yogyakarta.
Hal tersebut disampaikan oleh pengendara becak dan andong yang berada di Jalan Malioboro, Senin (16/11/2015).
Dasir, salah satu pengendara becak yang biasa mangkal di dekat DPRD DIY melihat keberadaan Go-Jek akan membuat teman-teman ojeknya akan sepi pelanggan.
"Ojek di kawasan Malioboro ini pelayanananya sudah bagus kok. Kalau ketambahan Go-Jek saya kurang setuju, nanti merugikan yang lain. Pengguna becak juga dikit," keluhnya.
Berbeda dari Dasir, Ketua Paguyuban Becak Mulia, Mulyono menilai jika sah-sah saja keberadaan Go-Jek masuk ke kawasan Yogyakarta.
Menurutnya tujuan mereka sama, yakni mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
"Becak bukan alat transportasi pokok. Becak digunakan orang yang ingin bersantai dan yang memang sengaja ingin naik becak keliling kota," imbuhnya.
Becak dan andong adalah simbol transportasi khas Yogya.
Jadi Mulyono sama sekali tidak khawatir jika eksistensi becak dan andong nantinya kalah pamor ketimbang GoJek.
"Namun, kalau Go-Jek tersebut tiba-tiba mangkal di kawasan kami ini (Malioboro, red), kami jelas akan bereaksi," tegas Mulyono.
Kekhawatiran terhadap keberadaan Go-Jek juga tidak dirasakan oleh Parno, pengemudi Andong.
Parno menilai jika andong adalah salah satu tradisi dan tak ada persaingan penumpang yang sangat mencolok layaknya transportasi lain.
"Kalau andong cuma nunggu aja. Penumpang kan datang sendiri ke sini, kalau ojek dan becak kan pengendaranya yang menawarkan jasa. Jadi saya nggak khawatir," beber Parno. (tribunjogja.com)