Pesta Para Penggemar Reggae di Yogyakarta

SEDERET musisi reggae papan atas nasional tampil di Jogja Reggae Land (JRL) 2015

Penulis: rap | Editor: Ikrob Didik Irawan
Tribun Jogja/Riezky Andhika P
Musisi reggae papan atas nasional tampil di Jogja Reggae Land (JRL) 2015. 

SEDERET musisi reggae papan atas nasional tampil di Jogja Reggae Land (JRL) 2015.

Festival musik reggae yang kali pertama digelar di Yogyakarta pada, Minggu (8/11/2015) kemarin ini bertempat di Lapangan Parkir Stadion Mandala Krida.

Selepas senja, tampil Mas Anies yang merupakan veteran reggae, dan telah memiliki banyak penggemarnya sendiri.

Panggung JRL 2015 semakin semarak ketika Marapu, band yang dibentuk di Yogyakarta dan kini bermukim di Bali ini unjuk gigi.

Di ajang ini Marapu juga menampilkan bintang tamu, Levinton Williams seorang musisi reggae asal Jamaika.

Selanjutnya panggung JRL 2015 digetarkan berturut-turut oleh Ras Muhamad, Steven Jam, dan Tony Q Rastafara.

Sebelumnya tampil beberapa band dari luar Jogja, seperti Alpha Blopo (Qonosobo), Lodse (Purwokerto), Rastamaniez (Mojokerto), dan Paperboy (Jogja).

Band-band tersebut tampil menemani penonton sambil menikmati terbenamnya matahari.

Meski hujan sempat membasahi arena festival, namun sebanyak lebih dari 5 ribu penonton yang hadir tidak beranjak, dan tetap asik menikmati musik sambil bergoyang reggae.

Masing-masing band yang tampil di JRL 2015 memiliki keunikan dan masing-masing karakter yang berbeda. Tony Q Rastafara memang seorang legenda hidup music reggae Indonesia.

Di atas panggung ia juga turut meneriakkan Jogja Ora Didol, gerakan protes warga Yogyakarta akan banyaknya pembangunan-pembangunan yang dinilai kurang manusiawi.

Dengan menggunakan kaus hitam bertuliskan Jogja Ora Didol, Tony Q juga membawakan lagu ‘Ngayogyakarta’.

Lagu ciptaannya tersebut memang menceritakan tentang keindahan dan keramahan kota Jogja.

Ras Muhamad ialah musisi Reggae Revival yang sedang menjadi perbincangan, tidak hanya di Indonesia, tapi dunia internasional.

Belum lama ini ia melakukan serangkaian tur di Jamaika, Amerika Serikat, dan Kosta Rika, sebuah negara di Amerika Latin.

Di festival tersebut ia bertemu dan berbagi panggung dengan musisi reggae internasional, termasuk Kymani Marley, putra mendiang raja reggae Bob Marley.

Di balik panggung Ras Muhamad bercerita seputar pengalaman perjalanannya, dan juga skena music reggae di Yogyakarta.

Menurut Ras, musik reggae di Yogyakarta sangat maju, dan berkembang pesat. Hal ini juga dikarenakan adanya support dari berbagai genre lainnya.

Menurutnya apresiasi terhadap seni di Yogyakarta sangat tinggi.

“Sesuatu yang berbeda bisa sangat cepat tumbuh di Yogyakarta, bukti nyatanya ialah Dubyouth,” ujarnya.

Ras juga berujar bahwa ia sangat respect dengan Shaggy Dog. Menurutnya meski sudah me-nasional, namun band ska reggae asal Yogyakarta tersebut masih memperjuangkan skena musik lokal di Yogyakarta.

Sebagai musisi dan pegiat kultur reggae di tanah air, Ras Muhamad juga kerap memberikan berbagai edukasi, baik di atas panggung, maupun di sosial media miliknya.

Edukasi yang dilakukannya pun cukup berarti secara signifikan, contohnya dengan semakin banyaknya penggemar reggae di Indonesia, dan banyaknya tanggapan hal hal tentang reggae di sosial media yang tidak melulu terhubung dengan Bob Marley.

Ras Muhamad memang bisa dikatakan sebagai perombak musik reggae Indonesia, selain perjalanannya membawa nama tanah air di berbagai festival reggae di seluruh dunia, pada album terbarunya ‘SALAM’, Ras Muhamad menggandeng beberapa musisi reggae dunia sepeti Kabaka Pyramid (Jamaica), Naptali (Jamaica), Sara Lugo (Jerman), Uwe Kaa (Jerman), KunoKini (Indonesia), dan pemain saxophone Bob Marley and The Wailers, Fraser (Jamaica).

Album yang dirilis dalam bentuk digital dan diedarkan internasional ini menyorot perhatian dari publik reggae di berbagai belahan dunia.

Bahkan pada pertunjukannya di Kosta Rika yang lalu, banyak penonton yang ikut bernyanyi lagu-lagu milik Ras Muhamad, meski kebanyakan penonton tidak mengerti bahasa Indonesia.

“Ya musik memang bahasa universal, di sana (Kosta Rika,red) 80% penggemar reggae adalah perempuan, dan kebanyakan mereka tidak tahu Indonesia, mereka hanya tahu Bali,” ujarnya lalu tertawa.

Dalam waktu dekat Ras Muhamad memiliki rencana untuk tinggal di Jamaika.

Di tanah kelahiran musik dan budaya reggae itu Ras ia mengaku ingin mencari inspirasi dan membuat mini album, sekaligus menghadiri hari raya Bob Marley yang diperingati setiap 6 Februari.

Lain lagi cerita dari Marapu, band yang dibentuk di Yogyakarta ini bakal merayakan 15 eksitensi mereka di blantika musik dengan merilis single. Pada single berjudul ‘Tempat Kita’ ini, Marapu menggaet Levinton Williams, penyanyi asal Jamaika.

Yanto Marapu sang vokalis berujar bahwa di perhelatan JRL 2015 inilah lagu tersebut untuk pertama kalinya dibawakan. Sejak 2013 lalu, Marapu hijrah dan mengadu nasib ke Pulau Bali. Keputusan tersebut kemudian hanya menyisakan personel lama, yakni Yanto dan Dondho pada bass.

Setelah bongkar pasang personel di Bali, kini Marapu mengaku semakin solid, dan siap menggetarkan dunia reggae Internasional.

Menurut Yanto, penonton reggae di Jogja dan Bali sama asiknya, meski ada perbedaan di antaranya.

“Di sini ketika memainkan lagu yang belum dimengerti, apresiasi penonton memang agak susah, tapi di sana (Bali,red) para penontonnya memang kebanyakan dari mancanegara, mereka justru lebih respect sama original sound Marapu,” tandasnya.

Sementara itu Levinton Williams mengaku sangat kaget melihat antusias penggemar reggae di Indonesia, termasuk Yogyakarta.

“Respect mereka terhadap budaya Jamaika sangat tinggi, tapi sayang belum banyak musisi Jamaika yang datang ke sini,” ujarnya dengan logat Jamaika yang khas.

Tedjo salah satu panitia JRL 2015 mengatakan kalau event ini memang sengaja digelar untuk membangun virus kedamaian para reggaeman Indonesia.

Satu di antaranya dengan memadukan musik reggae dengan batik dan tarian jawa. Perhelatan JRL 2015 ini juga dipromotori oleh seorang anak muda asal Cilacap, bernama Ardhi Kusumawardana.

“Di tahun pertama ini Jogja Reggae Land mengangkat tema ‘Through Batik Art’, mengingat Jogja yang merupakan kota seni dan budaya. Dalam hal ini kami ingin batik bisa lebih berkembang di dalam, maupun luar negeri,” ujarnya. (tribunjogja.com)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved