Spiderman pun 'Rolasan' di Pelataran Diorama Tugu Golong Gilig
Sang superhero Spiderman tampak santai menyantap makan siang, atau dalam bahasa Jawa dikenal dengan istilah rolasan.
Penulis: khr | Editor: Muhammad Fatoni
Laporan Reporter Tribun Jogja, Khaerur Reza
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Di satu sudut pelataran diorama Tugu Golong Gilig Yogyakarta, Sang superhero Spiderman tampak santai menyantap makan siang, atau dalam bahasa Jawa dikenal dengan istilah rolasan.
Dengan tutup kepala yang sedikit dibuka di bagian mulutnya serta melepas kaos tangan sebelah kanannya yang memegang ceker ayam, sang manusia laba-laba tampak lahap memakan makanan yang disajikan dalam pincuk daun pisang.
Patung spiderman dengan judul Rolasan #3 karya Amboro Liring tersebut menjadi salah satu karya yang menarik perhatian wisatawan dan menjadi ajang foto bersama dan selfie.
Patung rolasan #3 tersebut merupakan satu dari 32 patung karya anggota Asosiasi Pematung Indonesia (API) Yogyakarta yang dipamerkan di sepanjang Jalan Mangkubumi Yogyakarta, dalam agenda Jogja Street Sculpture Project (JSSP) 2015 yang resmi dibuka mulai Jumat (30/10/2015).
Mengambil tema Antawacana yang merupakan istilah yang diambil dari bahasa sansekerta yang berarti dialog, pameran yang baru pertama kali diadakan di Yogyakarta tersebut dapat menjadi media untuk merevitalisasi ruang publik sebagai ruang pertemuan.
Apalagi Yogyakarta adalah kota kosmopolitan yang bisa dicerminkan melalui ruang-ruang publik yang dijadikan ruang pertemuan berbagai bahasa, budaya dan bangsa.
"Konsepnya karena awal kita pakai yang tidak terlalu besar, setelah kita adakan riset kita pakai sepanjang Jl Mangkubumi sampai Jembatan Kleringan," jelas ketua Panitia JSSP 2015, Hedi Haryanto.
Dari open aplikasi yang dilakukan panitia sendiri sebenarnya ada 67 orang seniman patung yang berpartisipasi.
Namun setelah melalui seleksi dari kurator maka terpilihlah 37 pematung yang kemudian menjadi 32 patung.
"Kita ingin mengenalkan seni patung yang lebih luas, tidak hanya patung-patung mainstream saja," tambahnya.
Memang dari patung-patung yang disajikan sendiri bentuknya beragam seperti patung berjudul 'Ternyata… ' karya Awan Simatupang yang berupa mobil yang diikat ke tiang dengan lakban hingga patung seperti lengkungan zebra cross yang berjudul 'Sign to Sign' karya Khusna Hardiyanto.
Kurator JSSP 2015 Enin Supriyanto menambahkan dengan adanya acara ini diharapkan para seniman terutama seniman patung dapat lebih berpartisipasi di publik dan ikut menyuarakan kegelisahan dengan kapabilitasnya.
"Biasanya kan hanya dinikmati dari studio ke galeri, tapi sekarang seniman harus bisa jadi fasilitator. Jangan hanya eksklusif tapi harus ikut berpartisipasi di ruang publik," ujarnya.
Sementara Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Umar Priyono, mengatakan seni dan juga patung dapat menjadi rambu-rambu yang mengingatkan masyarakatnya utk saling menghargai satu sama lain.
Dia juga berharap dengan adanya diorama Tugu Golong Gilig lalu kemudian patung-patung yang ada di ruang publik dapat bersama-sama dijaga oleh masyarakat. (*)