Kisah Pemuda Pejuang Sampah, Pantang Menyerah Rayu Ibu-ibu

Bermodal sabar dan luwes dalam memberikan pengertian, perlahan-lahan mereka mulai mengikuti program Bank Sampah yang dijalankan Aji

Penulis: Kurniatul Hidayah | Editor: Ikrob Didik Irawan
Tribun Jogja/Kurniatul Hidayah
Aji Dwi Saputro, seorang pemuda Karang Taruna diganjar penghargaan khusus dari Gubernur DIY di Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2015. 

TRIBUNJOGJA.COM - Ketekunannya meyakinkan warga untuk berpartisipasi dalam Bank Sampah di 56 RT wilayah Blunyahrejo, berbuah manis.

Dia lah Aji Dwi Saputro, seorang pemuda Karang Taruna diganjar penghargaan khusus dari Gubernur DIY di Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2015.

Tidak mudah bagi Aji meyakinkan ibu-ibu untuk mau berpartisipasi dalam bank sampah. Berbagai alasan telah ia dengar. Mulai dari anggapan jika sampah itu hal yang menjijikan, hingga administrasi yang sulit.

Pria yang menjabat sebagai Bendahara di Karang Taruna setempat itu tak patah arang. Ia bersama teman-temannya tetap getol untuk melakukan sosialisasi tentang pengadaan bank sampah.

Ia mengumpulkan jadwal arisan ibu-ibu di 56 RT se-wilayahnya.

Bermodal sabar dan luwes dalam memberikan pengertian, perlahan-lahan mereka mulai mengikuti program Bank Sampah yang dijalankan Aji.

"Bank sampah ini merupakan tempat kami mengelola sampah. Setiap dua minggu sekali ibu-ibu datang membawa sampah mereka. Mulai dari sampah kertas, sampah basah, sampah botol, plastik, dan sebagainya," terang Aji saat ditemui di rumahnya.

Sampah tersebut kemudian dipisahkan sesuai dengan jenis dan kelayakannya.

Di tempat pengumpulan sampah tersebut, Aji selalu membawa serta pengumpul barang bekas untuk membeli perolehan sampah dari ibu-ibu tersebut.

"Jadi mereka langsung tahu sampah mereka dihargai berapa. Uang hasil penjualan tersebut ditabung ke kami, ada catatannya juga. Jika sewaktu-waktu mereka butuh uang, tinggal mencairkan saja," ungkapnya.

Menabung

Aji mengimbuhkan jika pengertian bank sampah tak hanya untuk mengumpulkan sampah, tapi juga sebagai tempat menabung ibu-ibu yang telah menjual sampahnya.

Program yang telah digalakkan sejak 2012 ini sontak membuat lingkungan sekitar menjadi bersih dan terjaga.

Selain itu juga sukses meningkatkan kesadaran warga untuk memilah sampah sehingga memudahkan proses pengolahan.

"Kalau sampah organik nanti dibuat pupuk kompos. Kalau sampah plastik bisa diolah menjadi kerajinan seperti tas, dompet, bantal, dan lain-lain," ungkap Aji sambil menunjukkan kerajinan sampah yang memiliki nilai ekonomis tersebut kepada Tribun Jogja.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved