Menara Sirine Zaman Belanda Ini Masih Kokoh Berdiri di Yogya

Di sudut utara Pasar Beringharjo, di pinggir Jalan Malioboro, menjulang menara yang terbuat dari rangka besi setinggi 20 meter di atas gedung.

Penulis: Rendika Ferri K | Editor: oda
tribunjogja/rendikaferrik
Menara Gaok, gagah menjulang di atas bangunan TPA Beringharjo. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Rendika Ferri K

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Di sudut utara Pasar Beringharjo, di pinggir Jalan Malioboro, menjulang menara yang terbuat dari rangka besi setinggi 20 meter di atas gedung bergaya kolonial. Tampak corong besar menyerupai terompet, bertengger di puncaknya.

Sekilas memang menara ini seperti menara-menara yang lain. Orang awam pun memandangnya seperti tower biasa. Tetapi, usut punya cerita, ternyata menara ini merupakan salah satu bangunan cagar budaya, peninggalan dari zaman belanda berabad-abad yang lalu.

Menara itu berdiri tegak di atas gedung bergaya kolonial seluas sekitar 200 meter persegi, memanjang di pinggir Jalan Pabringan, utara Pasar Beringharjo yang kini berubah fungsi menjadi TPA (Taman Pendidikan Anak-anak) Beringharjo.

Masyarakat sekitar menyebut menara tersebut dengan nama menara gaok. Setiap acara khusus, atau peringatan hari tertentu, Menara Gaok mengeluarkan bunyi nyaring khas terompet zaman dahulu, Gauuuk, sehingga masyarakat menyebutnya Menara Gaok.

"Gaooook, Gaoook, menara gaok kalau dibunyikan, mungkin itu kenapa disebut Menara Gaok," ujar Yasman, tukang becak di sekitar Jalan Pabringan, Senin (10/8/2015).

Praktisi Sejarah dan Urban Design Perkotaan Yogya, Cahyo Bandhono, menuturkan, menara gaok diperkirakan didirikan pada zaman agresi militer I pada tahun 1947, dan agresi militer II tahun 1949 di Yogyakarta.

Ia menceritakan, Istana Agung di kala itu merupakan rumah dari Gubernur Jendral Belanda, sehingga dibangunlah pos oleh militer belanda untuk penjagaan. Sedangkan, di atasnya, di letakkan menara tinggi dengan sirine di atasnya, untuk peringatan jika terdapat serangan.

"Dulu, menara sirine ini difungsikan oleh militer belanda untuk tanda peringatan, apabila ada serangan militer dari pejuang Indonesia," ujar Cahyo.

Cahyo bercerita daerah di sekitar Istana Agung tak lain adalah tangsi militer Belanda. Di dalam tangsi militer, juga dibangun loji (sejenis rumah kecil untuk warga belanda kelas menengah).

Menara Gaok dibangun setinggi kurang lebih 20 meter, terbuat dari besi baja dengan empat kaki pencakar. Sirine yang terpasang di puncak menara, berbentuk seperti corong panjang kurang lebih satu meter. Untuk membunyikan sirine ini, satu orang khusus memanjat lalu memutar sirine secara manual.

Kepala Sekolah TPA Beringharjo, Nunik, bercerita, dahulu, bangunan dibawah menara adalah pos penjagaan militer belanda, namun sedari tahun 1994, telah berubah fungsi menjadi TPA Beringharjo, di sampingnya pun telah berjubel lapak-lapak pedagang di Pasar Sore Malioboro.

"Dahulu gedung ini pernah digunakan sebagai kantor Dinas Pasar Kota Yogyakarta, namun pada tahun 1994 pindah ke lantai 3 Pasar Beringharjo, dan digunakan sebagai TPA sampai sekarang," ujar Nunik, Kepala Sekolah TPA Beringharjo, Senin (10/8).

Kendati telah berumur, menara gaok masih dapat dioperasikan sampai sekarang. Sirine dapat dibunyikan sesekali ketika terdapat acara khusus seperti tahun baru, atau peringatan hari khusus seperti hari pahlawan atau hari proklamasi kemerdekaan, 17 Agustus.

Walaupun telah beberapa kali berubah fungsi, sampai sekarang bentuk bangunan di bawah pun masih sama seperti aslinya, begitu juga dengan bentuk menara gaok, tak ada perubahan sama sekali. Hanya besi menara sebagian besar telah berkarat dan terkelupas catnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved