Polemik Sabdaraja
Gusti Yudha: Sultan Yogya Sudah Tidak Ada
Bahkan ia menganggap keputusan Sultan membawa konsekuensi serius dalam tradisi kraton.
Penulis: apr | Editor: Hendy Kurniawan
Laporan Reporter Tribun Jogja, Anas Apriyadi
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Polemik Sabdaraja yang dikeluarkan Sri Sultan Hamengkubuwono X mengundang keprihatinan dari kerbat keraton, salah satunya, GBPH Yudhaningrat.
Menurut Gusti Yudha, sabdaraja tersebut tidak dikenal dalam tradisi kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan merusak tatanan yang sudah ada.
Berbicara saat pembagian honorarium dana keistimewaan bagi juru kunci makam Kotagede dan Surakarta di Imogiri pada Rabu (6/5/2015).
Gusti Yudha mengganggap Sabdaraja Sultan harus batal demi hukum karena menyalahi tatanan Keraton Yogyakarta yang sudah berlangsung sejak ratusan tahun. Bahkan ia menganggap keputusan Sultan membawa konsekuensi serius dalam tradisi kraton.
"Secara tidak langsung mulai tanggal 30 April sudah tidak ada raja Kasultanan Ngayogyakrta Hadiningrat dan juga Gubernur DIY. Kalau jadi diganti Hamengku Bawono tanpa Khalifatullah harusnya jadi Hamengkubawono pertama dan silahkan bikin keraton baru. Tatanan baru karena Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat sudah ada tatanannya dan sudah dilaksanakan sejak ratusan tahun," jelas Gusti Yudha.
Dia menduga ada motif politik dibalik Sabdaraja Sultan yang ingin membuka jalan bagi putri-putrinya untuk berkuasa di Yogyakarta.
Di mana hal tersebut menurutnya telah menyalahi tatanan yang sudah ada.
"Dihapusnya gelar Khalifatullah hanya ingin menghilangkan simbolisasi pemimpin pria agar bisa menjadikan putrinya sebagai pengganti Sultan," ungkap Gusti Yudha.
Selain menyalahi aturan keraton, menurut Gusti Yudha, Sabdaraja juga dianggap menyalahi perundang-undangan khususnya UU Nomor 13 tahun 2012 tentang keistimewaan DIY, di mana gelar Sultan telah tertera di situ.
Akibat polemik ini, Gusti Yudha mengaku saudara-saudara Sultan akan mengadakan rapat keluarga untuk membahas masalah yang sedang dihadapi.
Menurutnya tuntutan mereka adalah agar Sultan mengembalikan gelar yang sudah diubah dan meminta maaf atas tindakan yang dilakukan.
"Kemarin kita disuruh datang rapat, kita ya tidak datang kalau yang mengundang masih bergelar Bawono," jelasnya.
Meski begitu, Gusti Yudha berharap dan meminta doa dari masyarakat agar masalah yang dihadapi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat segera selesai dan tidak berlarut-larut.
Ia juga menyatakan bersama dengan saudara-saudara Sultan lainnya telah berencana mengadakan pertemuan untuk membahas masalah tersebut.
"Jangan sampai kita tercerai berai, kalau ini dipaksakan kita akan tercerai berai. Kalau tetap nekat nanti kita ajukan kepada Gusti Allah," ujarnya. (*)