Kembang-kempis Perajin Parut Tradisional

Di masa jayanya, sebelas orang perajin memperkerjakan ratusan orang warga dusun tersebut.

Penulis: pdg | Editor: Hendy Kurniawan
TRIBUNJOGJA.com | PADHANG PRANOTO
Perajin parut di Dusun Sindon, Desa Pundungan, Kecamatan Juwiring Klaten. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Padhang Pranoto

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Parut bagi beberapa orang hanya dipandang sebagai alat dapur. Namun untuk Warga Dusun Sindon, Desa Pundungan, Kecamatan Juwiring perkakas ini merupakan sumber penghidupan.

Di masa jayanya, sebelas orang perajin memperkerjakan ratusan orang warga dusun tersebut. Namun kini, belasan perajin parut menyusut, hingga menyisakan dua pengusaha.

Karwoto satu di antaranya. Melakoni usaha selama 29 tahun, ia bercerita mengenai kerajinan parut yang sempat dijadikan primadona usaha warga dikampungnya. Sebelum akhirnya tumbang satu demi satu.

Menurutnya, sekitar tahun 1980 hingga 2000 menjadi era kejayaan perajin parut "pundungan". Sebelas pengusaha bermodal besar sampai cekak mempekerjakan ratusan karyawan.

"Dulu memang hampir di setiap rumah mengerjakan parut. Namun seiring berjalannya waktu, ada yang bangkrut, ada yang ganti profesi," ucapnya, Sabtu (14/3/2015).

Karwoto menambahkan, saat ini hanya tinggal dua perajin yang setia melakoni usaha itu. "Tinggal saya dan Pak Jumino yang bertahan," tuturnya.

Bapak lima orang anak ini mengatakan, keahliannya itu diperoleh dari mertuanya. Saat memulai usaha, Karwoto masih menggunakan besi dari drum bekas. Kini, bahan galvanis yang ia pakai. Meskipun demikian, pengerjaan secara manual masih dipertahankan hingga kini.

Ditemui dirumahnya, Karwoto terlihat sibuk mengerjakan kerajinan parut bersama anak buahnya Sukardi.

Kini untuk satu kodi (20 buah) parut dihargai Rp 33ribu, sementara untuk ukuran besar berharga Rp 52 ribu. Adapun, untuk pemasarannya produk buatan Karwoto telah dijual hingga Kalimantan.

Dengan pengerjaan manual, ia mengaku mendapat saingan produsen parut dari Tulungagung-Jawa Timur, yang telah menggunakan proses mekanik.

"Di saat seperti ini mudah-mudahan usaha parut masih ada yang mau meneruskan. Selain itu pemerintah juga saya harapkan punya perhatian lebih," ucapnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Tags
Klaten
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved