Hari Buruh 2014

Berat Jika Hanya Andalkan Upah

Jika dijumlahkan, kebutuhan hidup dia sebulan mencapai Rp 1.470.000. Terdapat selisih hampir Rp 300 ribu dibandingkan UMK Kota Yogya tahun ini

Penulis: Hendy Kurniawan | Editor: Ikrob Didik Irawan
zoom-inlihat foto Berat Jika Hanya Andalkan Upah
Tribun Jateng/Wahyu Sulistiyawan
Ilustrasi

Laporan Reporter Tribun Jogja, Hendy Kurniawan

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - SEBUT saja pria ini Agus (bukan nama sebenarnya). Tenaga satuan pengamanan sebuah perusahaan ini menguraikan kebutuhan hidupnya per bulan. Tentu saja dibandingkan dengan besaran UMK Kota Yogyakarta tahun ini, yakni Rp 1.173.300.

"UMK itu masih sangat minim dibanding kebutuhan hidup sehari-hari," terang ayah satu anak ini kepada Tribun Jogja pekan lalu. Bahkan ketika kebutuhan hidupnya ditekan seminim mungkin, nominal Rp 1,1 juta masih jauh dari cukup.

Sembari menjalankan tugasnya Agus menguraikan secara rinci kebutuhan hidup satu per satu per bulannya. Untuk kebutuhan uang transportasi ia mengalokasikan Rp 200 ribu. Belanja rumah tangga Rp 300 ribu.

Lauk-pauk untuk makan anak dan istri Rp 400 ribu. Ditambah pengeluaran tak terduga dengan kisaran Rp 150 ribu. Tak cukup di situ. Uang saku anaknya sekolah (kelas 3 SD) mencapai sekitar Rp 70 ribu per bulan.

Komunikasi yang menjadi kebutuhan tak terelakkan sekarang ini, Agus menganggarkan Rp 50 ribu. Tagihan listrik rerata per bulan Rp 100 ribu. Belum dengan kebutuhan hiburan, sandang peralatan sekolah dan lainnya tak cukup Rp 200 ribu.

Jika dijumlahkan, kebutuhan hidup dia sebulan mencapai Rp 1.470.000. Terdapat selisih hampir Rp 300 ribu dibandingkan UMK Kota Yogya tahun ini. Padahal penghitungan tersebut diasumsikan Agus seminimal mungkin.

Sehingga secara riil apa yang harus dikeluarkan lebih dari hitung-hitungan itu. "Itu saya nggak beli beras, karena punya sedikit sawah. Kalau tidak disambi usaha lain sangat berat mengandalkan upah," beber pria 35 tahun ini.

Memang, upah yang diterima Agus lebih tinggi dibandingkan UMK Kota Yogya tahun ini. Tapi diakui ketika dialokasikan untuk kebutuhan hidup akan sangat mepet. Beruntung sang istri juga bekerja sehingga ada penghasilan tambahan.
"Buruh seperti saya hampir tak punya posisi tawar. Hanya bisa menjalani.

Dicukup-cukupin lah apa yang didapat," tuturnya lalu tersenyum. Satu yang bisa dipastikan Agus, dengan pendapatannya selama ini tidak bisa disisihkan untuk tabungan.

Karena memang dana cadangan itu tidak memungkinkan dialokasikan. Hanya harapan yang bisa digantungkan Agus. Entah kapan bisa menggapai hidup lebih layak suatu hari nanti. (Tribunjogja.com)

Skandal Kuliner Terkait
Disegel, Bakpia Tidak Asli Jadi Buronan di Malaysia

Tags
buruh
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved