Aktivitas Vulkanik Merapi

BPPTKG Teliti Sample Gas dan Material Merapi

BPPTKG Yogyakarta masih menyelidiki penyebab terjadinya hembusan Merapi yang terjadi secara tiba-tiba pada Kamis lalu

Penulis: dnh | Editor: tea
Ferganata Indra / Kompas
Gunung Merapi 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Dwi Nourma Handito

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta masih menyelidiki penyebab terjadinya hembusan Merapi yang terjadi secara tiba-tiba pada Kamis (27/3) lalu. Oleh sebab itu, pasca terjadinya embusan, pada Sabtu (29/3/2014) tim dari BPPTKG Yogyakarta sudah mengambil sampling gas yang ada di puncak Merapi untuk diteliti lebih lanjut.

Selain untuk mengambil sampling gas, tim dari BPPTKG tersebut juga melakukan pengambilan sampling material yang terlontar pada hembusan pada Kamis (27/3) lalu. Tim juga melakukan perbaikan-perbaikan terhadap peralatan seismik yang ada di puncak merapi.

“Misi naik ke merapi adalah untuk mengambil sampling gas vulkanik, mengecek peralatan yang ada diatas dan mengambil sample produk dari lontaran bahan material saat terjadi letusan minor atau hembusan kemarin, “ kata Kepala BPPTKG Yogyakarta, Subandriyo saat ditemui Tribun Jogja di ruang kerjanya, Jumat (4/4/2014).

Menurut Subandriyo, dari sample yang diambil di puncak Merapi, saat ini tengah dianalisis di laboratorium, baik itu sample gas maupun sample produk material. Dimana untuk sample material, menurut Subandriyo apabila dilihat dari pengamatan visual, material yang terlontarkan tersebut bervariasi. Ada abu, pasir, kerikil sampai bongkahan yang besarnya lebih dari satu meter.

“Kita akan analisis apakah itu berasal dari material yang baru atau tidak, hasil pengamatan secara visual masih material lama. Untuk sampling gas di merapi, saat ini masih dalam proses analisis laboratorium,” tambah Subandriyo.

Sementara itu, untuk peralatan seismik yang ada di sekitaran puncak Merapi, saat tim melakukan pengecekan banyak yang mengalami kerusakan. Namun hal tersebut bukan disebabkan karena adanya hembusan, namun lebih diakibatkan oleh badai yang sering terjadi di Merapi.

“Dari laporan yang saya terima, ada 14 buah solar panel yang terbalik 180 derajat, sensor curah hujan juga rusak. CCTV mati karena powernya kurang, namun sekarang sudah berfungsi kembali setelah dilakukan perbaikan,” kata Subandriyo.

Terkait dengan terjadinya gempa tektonik yang terjadi pada Rabu (2/4) kemarin, Subandriyo tidak bisa memastikan apakah gempa tersebut akan menimbulkan efek terhadap Merapi atau tidak. Meskipun jika dilihat dari syarat pemicu terjadinya embusan, gempa tersebut bisa memicu terjadinya embusan.

Seperti yang terjadi pada hembusan 27 April 2014 yang lalu. Dimana dari kronologi yang melatar belakangi terjadinya hembusan saat tersebut, sempat terjadi gempa tektonik dan juga gempa vulkanik dalam sebelum terjadinya hembusan.

“Setelah terjadinya gempa tektonik pada Rabu lalu, beberapa jam setelahnya disusul adanya gempa tektonik dalam. Apakah hal tersebut akan memicu terjadinya hembusan atau tidak, kita belum tahu. Tetapi syarat terjadinya hembusan sudah ada,” terang Subandriyo.

Subandriyo menegaskan bahwa gempa adalah pemicu, bukan penyebab terjadinya embusan dan letusan. Oleh karena itu pihaknya terus akan memantau perkembangan Merapi secara intensif.

Dari hasil analisa sementara, penyebab terjadinya hembusan yang pada Maret lalu terjadi dua kali disebabkan karena kandungan gas yang sangat tinggi di perut Merapi.

Terpisah, Kasi Merapi BPPTKG Yogyakarta Sri Sumarti menyebutkan penelitian terhadap sample yang diambil oleh tim yang memiliki tiga orang anggota tersebut akan dilakukan selama satu pekan kedepan. "Minggu depan akan keluar hasilnya, saat ini baru kita analisis," kata Sri Sumarti.(dnh)

Skandal Kuliner Terkait :
Bakpia Tidak Asli Merajalela di 7 Titik Penting di Yogya

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved