Eksklusif Jejak Perintis PT Pos
Mas Suharto Berinisiatif Ambil Alih Kantor Pusat PTT
Mas Suharto saat itu bekerjasama dan mendiskusikannya dengan seorang siswa muda PTT bernama Soetoko
Penulis: Yoseph Hary W | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Berdasarkan catatan Ditjen Postel, penghuni rumah inilah si penggagas pengambilalihan pimpinan PTT ketika Pemerintah Hindia Belanda jatuh. Mas Suharto saat itu bekerjasama dan mendiskusikannya dengan seorang siswa muda PTT bernama Soetoko. Upaya keduanya bermula dari kondisi pegawai PTT pribumi yang kerap mendapat perlakuan tidak adil dari Belanda maupun Jepang.
Pasca 1929, pergerakan nasional semakin tegas. Menyikapi penggajian yang tidak adil, pegawai pribumi membentuk perhimpunan buruh di lingkungan PTT, antara lain Postbond, Midpost/Inspecteurs Bond dan Perkumpulan Pegawai PTT Rendahan (PPTTR).
Sementara, ketika tentara Jepang datang pada 1942, pasukan Belanda mundur. Jepang yang kemudian menguasai dan membagi dinas PTT untuk kepentingan perangnya. Setiap pegawai Indonesia saat itu diawasi dengan ketat untuk kepentingan Perang Asia Timur Raya. Namun, di sisi lain kondisi tersebut membuat pegawai pribumi memiliki pengalaman, baik sebagai teknisi maupun perang.
Seorang pribumi pegawai bagian laboratorium telekomunikasi, R Samdjoen, mendidik pemuda-pemuda Indonesia dengan alasan untuk melengkapi kekurangan tenaga teknis telekomunikasi. Dengan modal pengalaman itu, para pemuda Indonesia saat itu mampu menyadap dan menyebarkan informasi kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II. Meski penyadapan itu merupakan pelanggaran, namun tetap mereka lakukan agar di kemudian hari para pemimpin bangsa dapat menyiapkan proklamasi kemerdekaan.
Di kalangan PTT, persiapan itu termasuk upaya untuk merebut jawatan dari tangan Jepang maupun Belanda yang saat itu mulai lemah. Adalah seorang siswa bernama Soetoko, bersama Mas Soeharto yang saat itu menjabat Kepala Biro berpangkat Controleur I, saling berdiskusi untuk mengambil momentum persiapan kemerdekaan sejak awal tahun 1942.
Mas Suharto menggagas bahwa pengambilalihan Kantor Pusat PTT harus disertai gerakan dan tindakan seluruh Indonesia. Soetoko yang saat itu memimpin seluruh barisan bentukan Jepang, antara lain sekolah PTT, Radio, Laboratorium, Kantor Pos Besar dan Kantor Telepon, menggandeng kader bangsa untuk merintis jaringan komunikasi gerakan bawah tanah.
Mereka berkomunikasi melalui pemancar gelap dan memonitor situasi perang dari berita-berita dan dokumen-dokumen Jepang.
Momen bom atom Sekutu di kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dan bom atom kedua di kota Nagasaki pada 9 Agustus 1945 akhirnya juga dapat mereka dengar melalui telegram resmi 13 Agustus 1945. Nah, momen inilah yang kemudian mereka teruskan kepada para pemimpin agar segera mengumumkan kemerdekaan Republik Indonesia. Akhirnya, kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada 17 Agustus 1945. Berita ini langsung tersiar melalui telepon, telegrap, radio dan pos ke semua kantor PTT.
Sementara, perjuangan pengambilalihan Jawatan PTT tetap dilanjutkan. Sebulan pascaproklamasi, Soetoko dan angkatan muda jawatan PTT mendekati Jepang untuk merealisasikan pemindahan kekuasaan. Perundingan oleh Soetoko dan angkatan muda lainnya menyepakati bahwa Mas Suharto akan menuntut Jepang supaya menyerahkan kekuasaan PTT secara damai. Namun, upaya Mas Suharto yang dilakukan pada 24 September 1945 dengan menemui pimpinan PTT Jepang, Tuan Osada, gagal.
Kali kedua, setelah merencanakannya dengan matang, Mas Suharto melakukan perundingan lagi dengan Jepang pada 27 September 1945. Antisipasinya, jika perundingan gagal maka rakyat bersama angkatan muda PTT akan menempuh cara kekerasan. Dan benar, Jepang kembali menolak menyerahkan Jawatan PTT. Namun, ketika itu angkatan muda PTT bersama rakyat telah siap dengan senjata. Jepang akhirnya menyerahkan secara sukarela.
Atas keberhasilan mengambilalih jawatan PTT itu, Soetoko lalu membacakan sebuah teks di hadapan masyarakat, di halaman PTT di Bandung pukul 11.00 pada 27 September 1945. Isinya, mengangkat Mas Suharto dan R Dijar masing-masing sebagai Kepala dan Wakil Kepala Jawatan PTT seluruh Indonesia.(ose)