Eksklusif Jejak Perintis PT Pos
Hingga Akhir Hayatnya, Sawitri Tak Temukan Makam Ayahnya
Kini tidak ada lagi keturunannya yang bersikeras untuk menemukan makam dan keberadaan Mas Suharto
Penulis: Yoseph Hary W | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sepenggal cerita raibnya pejuang pos dan telekomunikasi itu pernah muncul dari satu sudut Jalan Mas Suharto. Seorang perempuan yang masih menempati rumah di jalan tersebut, RR Endang Sutarti, mengatakan bahwa eyangnya yang bernama Hadi Sanyoto merupakan kakak Mas Suharto. Eyang putrinya pun kakak beradik dengan istri Mas Suharto. Endang terlahir di tahun 1950-an, beberapa tahun setelah Mas Suharto diduga diculik pasukan Belanda.
Sebab itu, Endang bercerita berdasarkan penuturan eyangnya yang masih bersaudara dengan Mas Suharto. Suatu hari di akhir pendudukan Jepang pada 1949, Belanda berusaha kembali menguasai Indonesia. Namun, di saat hampir bersamaan Mas Suharto bersama para pejuang di bidang pos dan telekomunikasi berusaha menguasai jaringan penyebaran informasi tersebut.
Menurutnya, Mas Suharto sosok yang tidak pernah mau diajak kompromi Belanda. Sebagai Kepala PTT (Perusahaan Telegraph dan Telepon), Mas Suharto kerap terlibat konfrontasi dengan Belanda. Sebab itu Belanda menculiknya hingga sampai sekarang tidak pernah tentu rimbanya.
"Ini cerita eyang dulu. Mas Suharto kerap ditendang, dipukul dan disiksa tentara Belanda. Saya hanya mendengarnya dari para orang tua. Eyang Suharto putri yang paling tidak terima perlakuan itu. Dia semasa hidupnya menunggu suaminya pulang," tutur Endang, ditemui di rumahnya di Jalan Mas Suharto, Rabu (9/10/2013).
Endang mengaku, keluarganya pernah tinggal di rumah Mas Suharto yang kini menjadi Kantor Pos Danurejan. Namun, selama itu dia tidak pernah mengalami masa-masa hidup Mas Suharto. Satu-satunya yang dia kenal saat tinggal di rumah itu hanya Ny Mas Suharto. Menurutnya, eyang putri Mas Suharto menunggu kedatangan suaminya itu hingga akhir hayat.
Puluhan tahun lalu, ruas Jl Gemblakan penghubung Jl Hayamwuruk dan Jl Suryotomo-Mataram itu diganti menjadi Jl Mas Suharto untuk mengenang peran dan jasa Kepala Jawatan PTT tersebut.
Pihak Pos dan Telekomunikasi Indonesia sempat hendak memberikan rumah nomor 47 di jalan tersebut kepada keluarga Mas Suharto. Namun, keluarga mengembalikannya kepada negara.
Keluarga lalu mendapat gantirugi dan menempati rumah di perumahan Sawitsari Sleman. Sementara, keluarga Endang yang semula serumah dengan keluarga Mas Suharto, memilih tinggal di rumah yang dibelinya, beberapa meter sisi barat Kantor Pos Danurejan.
Sampai saat ini, sepeninggal putri Mas Suharto, Sawitri, tidak ada lagi keturunannya yang bersikeras untuk menemukan makam dan keberadaan Mas Suharto.
Candra Kusumo, putra Endang Sutarti atau buyut Mas Suharto, mengatakan bahwa Sawitri bahkan sampai pernah berjanji tidak akan menikah sebelum menemukan Mas Suharto. Hal itu menurutnya benar-benar dijalani sampai meninggalnya. Sawitri tidak pernah menikah hingga akhirnya meninggal sekitar setahun lalu.
Jalan Mas Suharto yang melewati depan rumahnya di wilayah Tegal Kemuning, Tegal Panggung Danurejan, menjadi kenangan.(ose)