Perusakan Makam Kyiai Ageng Prawiropurbo

Makam Romo Purbo Sudah Ramai Dikunjungi Sejak Zaman Jepang

Semasa hidup, Romo Purbo dikenal sebagai pribadi yang nyentrik

Penulis: Hendy Kurniawan | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.COM/PUTHUT AMI LUHUR
Kelambu Makam Kyai Ageng Prawiropurbo dijungkalkan pelaku perusakan, di makam Semaki di Jalan Kusumanegara Kota Yogyakarta, Selasa (17/9/2013) 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Hendy Kurniawan

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Nama Kyai Ageng Prawiropurbo mendadak menjadi sorotan publik, setelah makamnya dirusak oleh sekelompok orang bercadar awal pekan ini. Namun tak banyak yang tahu siapa sebenarnya sosok cucu Sri Sultan HB VI yang meninggal pada tahun 1933 ini.

RM Daroesalam, juru kunci makam Karang Kabolotan tempat dimana Romo Purbo dimakamkan, menuturkan kisahnya. Semasa hidup, Romo Purbo dikenal sebagai pribadi yang nyentrik. Ia sering bepergian mengenakan empat lapis baju. Karenanya, penjajah Belanda menganggapnya sebagai orang gila.

Bukan tanpa sebab. Perilaku nyentrik Romo Purbo muncul setelah istrinya meninggal dunia saat melahirkan putri pertama. Selang tujuh tahun kemudian, putri semaya wayangnya itu meninggal dunia karena menderita sakit disentri. Sedangkan keluarga besarnya kala itu diasingkan oleh penjajah Belanda di Flores Nusa Tenggara Timur.

"Beliau (Romo Purbo) pernah bilang buat apa hidup kalau cuma seorang diri. Setelah itu beliau berkelana tiga tahun lamanya," ujar Daroesalam, Jumat (20/9/2013).

Pernah suatu ketika, Romo Purbo duduk di tepi lapangan menyaksikan pasukan Belanda sedang berlatih. Melihat itu, seorang prajurit memerintahkan Romo Purbo untuk menyingkir karena khawatir mengganggu jalannya latihan. Namun perintah itu ditolaknya dengan alasan tanah tersebut adalah milik keraton.

Singkat cerita, Romo Purbo akhirnya menyingkir karena terus dipaksa prajurit Belanda. Setelah pindah tempat yang tak jauh dari lapangan itu, Purbo kemudian duduk bersila dan memraktekkan menjadi seorang dalang sedang memainkan wayang.

Kejadian tak masuk akal tapi lucu pun terjadi. Pasukan Belanda yang sedang berlatih mendadak saling beradu pukul seolah dikendalikan orang lain. "Setelah itu ditinggal pergi saja oleh Romo Purbo," tutur Daroesalam.

Keunikan sifat Romo Purbo ini lah yang menjadikannya dikenal masyarakat. Tak hanya itu, Belanda yang menjajah Indonesia menjadikannya seorang yang diwaspadai. Karena sering memberitahukan informasi tersembunyi kepada warga.

"Romo itu dibenci sama Belanda. Pernah mau diasingkan tapi batal. Akhirnya Romo dimasukkan ke penjara," ujar Daroesalam.

Pria 73 tahun ini mengatakan, makam Romo Purbo ramai dikunjungi peziarah sejak zaman pendudukan Jepang sekitar awal dekade 1940-an. Sebelum masa itu, hanya keluarga saja yang melakukan ziarah.

Pada komplek makam yang persis berada di tepi Jalan Kusumanegara itu, terdapat total 21 orang yang dimakamkan. Sebagian besar adalah kerabat Romo Purbo seperti cucu dan keponakan. Sedangkan istri dan putrinya dimakamkan di sekitaran Jalan Bantul.

Daroesalam menuturkan, makam tersebut sering dikunjungi tokoh-tokoh nasional untuk berziarah. Seperti putri mantan penguasa, istri mantan pejabat orde baru dan lainnya. Peziarah ramai berdatangan biasanya setiap malam Senin Legi, atau bertepan dengan hari meninggalnya Romo Purbo.

"Orang-orang yang ziarah terus tahlilan saja. Kalau pas ramai bisa sampai 300 an orang yang datang. Selesai ziarah terus pada pulang," ujar pria yang menjadi juru kunci makam sejak 1991 ini.

Empat hari pascaperusakan, makam Karang Kabolotan masih terlihat berantakan. Payung dan kelambu yang menyelimuti pusara Romo Purbo masih dibiarkan roboh. Begitu pula dengan nisan yang jatuh belum dikembalikan pada posisi semula. (hendy kurniawan)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved