Perusakan Makam Kyiai Ageng Prawiropurbo
Makam Dicoret Kata 'Syirik'
Orang-orang tersebut tidak melakukan hal lainnnya selain merusak dan mencorat-coret beberapa kijing dengan tulisan 'syirik
Penulis: ptt | Editor: Ikrob Didik Irawan
Laporan Reporter Tribun Jogja, Puthut Ami Luhur
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Penjaga makam Kyai Ageng Prawiropurbo, Abu Giran (73) terkaget-kaget ketika sekelompok orang membangunkannya dari tidur. Sekelompok orang tersebut, menurutnya yang kemudian melakukan perusakan terhadap makam cucu Sultan Hamengkubuwana VI tersebut.
Sekitar 15 orang di dalam kompleks makam kerabat Suryometaraman, di pemakaman Semaki Jalan Kusumanegara Kota Yogyakarta, menurut pria yang rambutnya mulai memutih sebagian memakai penutup kepala dan sebagian tidak. Awalnya, saat dibangunkan tidak tahu menahu maksud tujuan orang-orang tersebut mendatangi makam yang lebih dikenal dengan makam Ndoro Purbo.
Warga Tahunan 25/33 Umbulharjo Kota Yogyakarta yang menggantikan juru kunci KRT Purbowijaya itu, menceritakan saat orang-orang itu datang ada enam orang yang sedang bermunajat dan langsung diminta keluar dari lokasi. Beberapa makam, yang terletak di dalam kompleks Pesareyan Karang Kabolotan kemudian dirusak oleh orang-orang tidak dikenal tersebut.
Saat para pelaku perusakan tersebut melakukan aksi, diperkirakannya saat itu sekitar pukul 22.30 WIB. Beberapa batu nisan dijungkirbalikkan, payung pusaka dijatuhkan dan kendi berisi air dipecahkan.
"Saat itu, saya dipesan jangan percaya dengan kijing tetapi percaya kepada Gusti Allah. Jika percaya kijing, keliru, keliru," ucap pria yang sudah menjaga makam tersebut sejak tahun 1960an.
Masih ingat betul dalam ingatannya, orang-orang yang merusak makam-makam tersebut membawa benda besi berkilap-kilap seperti pedang. Orang-orang tersebut, sambungnya juga memberikan kertas berkop Brigade Muslim bergambar senjata otomatis.
Menurutnya, orang-orang tersebut tidak melakukan hal lainnnya selain merusak dan mencorat-coret beberapa kijing dengan tulisan 'syirik'. Dia dan beberapa orang yang bermunajat, tidak disentuh atau diganggu sama sekali hanya disuruh keluar ketika orang-orang tersebut melakukan perusakan.
"Saya tidak tahu, mereka membiarkan saya dan sepertinya justru takut terhadap saya," aku Abu Giran. (*)