Menelusuri Jejak Idjon Djanbi di Yogyakarta
Kawula Ngayogyakarta Taburkan Bunga di Pusara Idjon Djanbi
Kawula Ngayogyarta berziarah ke makam Idjon Djanbi menjelang digelarnya sidang vonis bagi oknum anggota kopassus grup II kandang menjangan
Penulis: ptt | Editor: Mona Kriesdinar
Adapun, di halaman facebook tersebut, akun "Idjon Djanbi" menuliskan rangkaian peristiwa penyerangan terhadap Lapas Sleman, pemicu penyerangan serta siapa yang ada di balik penyerangan tersebut. Sontak saja, tulisan itu pun menjadi buah bibir, dan dibahas berbagai kalangan. Tak hanya pada substansi tulisannya, namun publik juga bertanya-tanya, siapa dibalik akun bernama Idjon Djanbi tersebut. Hingga kini, identitas si pembuat akun facebook itu pun masih misteri.
Lantas mengapa nama itu digunakan? Bisa jadi karena Idjon termasuk pendiri Kopassus. Sementara anggota di kesatuannya, saat itu tengah menjadi sorotan publik gara-gara membunuh empat tahanan titipan Polda. Jelas dalam tulisannya, jika akun itu membela para anggota Kopassus dari Grup II Kandang Menjangan yang menjadi pelaku penembakan.
Sementara itu, atas jasa dan penghormatan terhadap komandan pertama pasukan elite ini, warga Yogyakarta yang tergabung dalam Kawula Ngayogyakarta pada hari Kamis (2/8/2013) kemarin berziarah ke makam Idjon Djanbi yang berada di TPU Kuncen, Yogyakarta. Di tempat ini, mereka menaburkan bunga dan memanjatkan doa. Satu foto Idjon Djanbi berukuran besar serta bendera merah putih juga ikut dibawa ke pemakaman.
Kedatangan mereka bersamaan dengan menjelang digelarnya sidang vonis pada kasus penyerangan Lapas Sleman. Kordinator ziarah, Ambar Anto menegaskan bahwa kegiatan ziarah tersebut merupakan bagian dari upaya mereka untuk membangkitkan kembali kesadaran masyarakat terkait jasa besar Kopassus dalam menjaga Bangsa dan Negara. Dengan begitu, mereka juga berharap supaya majelis hakim nantinya bisa menjatuhkan vonis ringan bahkan vonis bebas kepada 12 terdakwa oknum anggota Kopassus Grup II Kandang Menjangan yang menjadi pelaku penyerangan teradap Lapas Sleman.
Mereka dengan tegas mengatakan bahwa Kopassus jauh lebih berharga daripada sekelompok preman yang selalu mengganggu ketenteraman masyarakat Yogyakarta.(*)