Libur Lebaran

Merintis Sejak Kuliah, Gudeg Kaleng "Mbak Yayah" Kini Tembus Pasar Eropa

Yayah (24) tak menyangka bisnis gudeg kaleng berlabel Gudeg kaleng Mbak Yayah ini bisa merambah pasar internasional

Penulis: tea | Editor: Mona Kriesdinar
IST
Chumairo Ibnatul Arobiyah atau yang akrab disapa Mbak Yayah bersama dengan produk Gudeg Kaleng racikannya 
Laporan Reporter Tribun Jogja, Theresia Tuti Andayani

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Yayah (24) tak menyangka bisnis gudeg kaleng berlabel Gudeg kaleng Mbak Yayah ini bisa merambah pasar internasional. Pemilik nama lengkap Chumairo Ibnatul Arobiyah, ini hanya memanfaatkan peluang yang menghampirinya saat ia masih menjadi mahasiswa di Universitas Islam Indonesia (UII).

Di tahun 2010, Yayah masuk 10 besar dalam kejuaraan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, dimana saat itu Yayah bersama tim membuat gudeg dalam kemasan kaleng. Nah di saat itulah Yayah menangkap prestasi itu sebagai peluang usaha. Yayah pun mulai mendesain ulang kemasan gudeg kaleng hingga akhirnya tercipta gudeg kaleng Mbak Yayah dengan kemasan warna hijau. “Saat itu memang belum banyak yang menangkap peluang gudeg kaleng ini, kenapa aku tidak mencoba aja untuk usaha. Dan ternyata responnya bagus,” ucap Yayah saat ditemui Tribun Jogja, belum lama ini.

Meski sudah dimasukan dalam kaleng, Yayah berkata tak perlu meragukan soal rasanya, sebab gudeg kaleng ini dijamin lezat, gurih dan bercita rasa tinggi. Selain jaminan mutu soal rasa, gudeg kaleng ini telah melalui penelitian LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Gunung Kidul dan telah mengantongi sertifikat Badan POM dan sertifikat Halal dari Majelis Ulama Indonesia. Menurut Yayah, kemasan gudeg kaleng akan lebih praktis dan mudah dibawa kemanapun serta tahan lama. Harapannya gudeg kaleng ini bisa menjadi alternatif baru 'buah tangan' khas Yogya.

Soal isi, tak perlu ragu, sebab isi gudeg kaleng tersebut sama dengan gudeg yang dijajakan di warung dan rumah makan. Gudeg dengan santan kental, telur ayam, daging ayam yang disuwir-suwir dan krecek. Meski tanpa bahan pengawet dan msg, gudeg kalengan bisa bertahan hingga satu tahun. Harganya pun tak menguras kantong, gudeg dengan berat 345 gram yang cukup untuk dua orang itu dibanderol Rp 25 ribu saja.

Gudeg kaleng Mbak Yayah ini sudah mulai dipasarkan di kota-kota seperti Yogya, Jakarta, Kalimantan dan Lombok. Serta merambah ke negara-negara Eropa seperti Jerman, Belanda dan Prancis. Biasanya ada turis yang datang membeli, dan mereka menjual lagi di negara mereka. Juga sudah merambah di negara-negara Asia seperti Korea dan Cina. “Ada juga orang Yogya yang bawa sampai ke Arab, mereka sekaligus mempromosikan gudeg kaleng ini,” ucap Yayah.

Sejak permintaan melojak, Yayah pun kewalahan. Bahkan  dalam seminggu ia bisa memproduksi sampai 600 unit kaleng. Karena over kapasitas, Yayah saat ini sedang mempersiapkan untuk membuka pabrik gudeg kaleng, sehingga bisa langsung memprosesnya sendiri dengan bantuan anak buahnya. Impiannya adalah bisa memasarkan produk gudeg kaleng secara retail di seluruh Supermarket yang ada di Yogya dan sekitarnya. “Sedang proses sih untuk bisa sampai ke arah itu, doakan saja bisa tercapai,” harapnya.

Untuk pemasaran, selain di rumah produksi di Jalan Monjali No. 20, Nandan, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Gudeg kaleng Mbak Yayah bisa dipesan secara online di jejaring sosial Facebook di Gudeg kaleng Mbak Yayah, atau twitter @mbakyayahGK. Selamat mencicipi kuliner gudeg kaleng ! (tea)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved