Tukang Bakso Terpaksa Pakai Kompor Minyak Tanah

Kelangkaan tabung gas elpiji tiga kilogram di beberapa wilayah Kabupaten Bantul membawa dampak yang cukup signifikan bagi pelaku usaha kecil.

Penulis: Yudha Kristiawan | Editor: Joko Widiyarso
zoom-inlihat foto Tukang Bakso Terpaksa Pakai Kompor Minyak Tanah
TRIBUNJOGJA.COM/YUDHA KRISTIAWAN
Agus menunjukkan kompor minyak tanah yang dipakainya untuk berjualan bakso. Kelangkaan tabung elpiji tiga kilogram memaksanya beralih menggunakan kompor minyak tanah.
Laporan Reporter Tribun Jogja, Yudha Kristiawan

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Kelangkaan tabung gas elpiji tiga kilogram di beberapa wilayah Kabupaten Bantul dalam sepekan ini, membawa dampak yang cukup signifikan bagi pelaku usaha kecil.

Satu di antaranya adalah penjual bakso keliling, Muhammad Agus (30). Ia terpaksa beralih menggunakan kompor minyak tanah karena mengaku sangat sulit mendapatkan tabung gas elpiji ukuran tiga kilogram yang biasa digunakannya berjualan.

"Sudah tiga minggu ini saya pilih pakai kompor minyak tanah. Habis gimana, elpiji tiga kilo langka," ujarnya pada Tribunjogja.com, di sela berjualan di kantor DPRD Bantul, Jumat (17/5/2013).

Kalaupun mendapatkan tabung elpiji harganya mencapai Rp 16 ribu. Itupun menurut Agus harus berputar mendatangi setiap pangkalan. "Terakhir saya beli harganya Rp 16 ribu. Kalau ada sih ngga papa agak mahal, lha ini sudah langka mahal," keluhnya.

Agus yang tinggal di rumah kontrakan dengan enam penjual bakso keliling lainnya di daerah Bejen, Bantul Kota ini, terpaksa merelakan hampir lima puluh persen penghasilannya setiap hari selama ia menggunakan kompor minyak tanah.

Bila memakai elpiji tiga kilogram yang bisa digunakan kurang lebih selama dua minggu, Agus bisa memperoleh penghasilan kotor antara Rp 80-90 ribu per hari.

"Kalau pakai minyak tanah, per liter Rp 12 ribu, sehari 2 liter sudah berapa. Penghasilan perhari turun antara Rp 50-55 ribu saja," ungkapnya.

Tak hanya dirinya yang beralih ke kompor minyak tanah. Ada lagi seorang rekannya sesama penjual bakso gerobak keliling yang beralih ke kompor minyak tanah.

"Kami semua ada 7 orang; dua pakai minyak tanah, yang lain malah pakai arang," katanya.

Kasi Pengembangan Pengawasan Perdagangan Dalam dan Luar Negeri Disperindagkop Bantul, Subaryoto menyatakan, kekurangan elpiji ukuran tiga kilogram di beberapa wilayah Bantul dikarenakan kuota tambahan elpiji yang diajukan ke Pertamina sejak Januari 2013 sebanyak 17 persen, tak kunjung terealisasi.

Akibatnya, terjadi kekurangan elpiji ukuran tiga kilogram di sejumlah kecamatan terutama di pinggiran karena harga elpiji tingkat pengecer mengalami kenaikan hingga Rp 1.000 per tabung.

"Berdasarkan pantauan dinas, di antaranya di wilayah Kecamatan, Bambanglipuro, Sanden, Imogiri dan Kretek harganya menembus Rp 16.000 per tabung, padahal normalnya sebesar Rp 15.000 per tabung," ungkapnya. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved