Korban Topan Bopha Menjarah karena Kelaparan
Bantuan makanan datang terlalu lama. Warga menjarah apa saja untuk kelangsungan hidup.
"Bantuan makanan datang terlalu lama. Warga menjarah apa saja untuk kelangsungan hidup," kata Pejabat Keamanan Publik, Cedric Daep, Sabtu (8/12/2012).
Gudang-gudang dan toko-toko grosir di kota kecil itu disatroni. Topan Bopha mengakibatkan kehancuran jalan dan jembatan yang menghubungkan kota itu dengan dunia luar.
Seperti diketahui, topan Bopha membuat 150 ribu orang terperangkap di Cateel dan dua kota lainnya, Baganga dan Boston. Di ketiga kota itu, 97 persen bangunan telah rata dengan tanah.
Angkatan Laut Filipina pada Kamis (6/12/2012) telah tiba di kota Baganga membawa 31 ton bantuan dan 132 sukarelawan.
Daep mengatakan, saat ini prioritas utama pemerintah adalah memastikan pasokan makanan, air bersih, penampungan, dan pakaian cukup untuk 200 ribu orang yang kehilangan tempat tinggal.
"Kami mendapatkan laporan, beberapa orang sakit karena meminum air yang sudah terkontaminasi," kata Daep.
Ia menyerukan agar pemerintah di daerah korban bencana bergerak lebih dulu untuk memberi bantuan awal, tidak hanya berdiam diri menunggu datangnya bantuan dari pemerintah pusat.
"Mereka (pemerintah lokal) seharusnya melakukan sesuatu, misalnya membangun penampungan untuk warga yang kehilangan tempat tinggal," tambah Daep.
(Tribunjogja.com)