Teroris di Solo
Pasukan “Burung Hantu” Gerebek Kawasan Kampus ISI
Wawa ditangkap di rumahnya yang terletak di jalan Halilintar RT 2 RW 11, Kentingan Kulon, Jebres
Penulis: Ikrob Didik Irawan | Editor: Iwan Al Khasni
TRIBUNJOGJA.COM, SOLO - Penggrebakan Densus 88 di Solo juga menyasar hingga sekitar kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Solo. Pasukan “Burung Hantu” menangkap seorang terduga teroris bernama Barkah Nawa Saputra alias Wawa. Aksi penangkapan sempat diwarnai pendobrakan empat pintu yang membuat Wagiyanti, ibu Wawa menjadi syok.
Wawa ditangkap di rumahya yang terletak di jalan Halilintar RT 2 RW 11, Kentingan Kulon, Jebres. Proses penangkapan terjadi sekitar pukul 10.00. Saat itu sejumlah anggota Densus langsung merangsek masuk ke rumah. Empat kamar didobrak oleh anggota Densus hingga pintunya nyaris jebol. Sementara penghuni rumah yakni anak kos dan keluarga Wawa diminta tiarap sambil ditodong senjata.
“Proses penangkapan cukup mengerikan, ibu saya yang sudah berumur 60 tahun sampai syok karena melihat langsung. Beliau sangat trauma,” kata kakak Wawa, Hesti, Sabtu (22/9/2012).
Menurut Hesti, tindakan Densus tersebut sangat disayangkan keluarga. Apalagi saat itu Wawa langsung menyerah tanpa melakukan perlawanan sedikit pun.
Wawa adalah anak bungsu dari sembilan bersaudara. Saat ini Wawa masih tercatat sebagai mahasiswa akhir Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Selain kuliah, Wawa juga kerja sampingan di rumah sebagai tukang reparasi barang-barang elektronik. Hesti mengaku tak begitu kenal kepribadian sang adik. Dalam keluarga, Wawa dikenal sebagai pribadi yang pendiam dan cuek.
Perubahan pada diri Wawa, lanjut Hesti terjadi sekitar dua tahun lalu. Wawa yang awalnya sangat menyukai dunia robot bersikap seratus delapan puluh derajat menjadi sangat tidak menyukai teknologi canggih itu. “Menurut keyakinan Wawa, robot seperti manusia dan tidak diperbolehkan menurut Islam. Dia lalu menjadi menjauhi robot,” katanya.
Perubahan yang sama juga terjadi pada diri istri Wawa, Tri Rahayu. Tri yang awalnya mengenakan jilbab biasa berubah mengenakan jilbab yang ukurannya lebih longgar. Kedua pasangan suami istri itu juga mulai menghindari celana berbahan jeans. “Meski kita satu rumah, tapi sangat jarang mengobrol. Bahkan saya sempat berdebat karena berselisih keyakinan,” katanya.
Ketua RT 02 RW 11 Kentingan, Munawir mengatakan, Wawa memang dikenal sebagai sosok pendiam dan jarang bergaul di tengah warga. Beberapa waktu lalu, ia pernah meminta Wawa untuk membuat Kartu Keluarga (KK). Sebab, Wawa baru saja memiliki putra sehingga harus pisah dari KK ayahnya.
“Saat itu dia malah mengajak ibunya datang ke saya untuk mengurusi KK. Aneh juga, anak sebesar itu masih minta ditemani ibu,” katanya.
Menurut Munawir, dari rumah Wawa, polisi mengamankan sejumlah pipa paralon berisi bahan peladak serta bahan-bahan peledak. Polisi juga mengamankan cairan pembuat bom rakitan cair. Beberapa pipa yang pontensial meledak diledakkan di lokasi lapang. “Saya dan warga lain tak mengira jika ternyata Wawa punya bahan peledak. Sangat mengagetkan (TRIBUNJOGJA.COM)