Arus Mudik

Jaga Palang KA Tak Berpintu, Santosa Diupah Rp30 Ribu

Santosa (61) mengaku mendapatkan upah Rp 30.000 per hari dari PT. Kerata Api Indonesia (KAI)

Penulis: oda | Editor: tea
zoom-inlihat foto Jaga Palang KA Tak Berpintu, Santosa Diupah Rp30 Ribu
foto : obed doni ardiyanto
Joko Susetyo menjaga perlintasan kereta api di Mbah Ruwet, yang berada di Desa Pokak, Kecamatan Ceper. Dia sedang menutup dan membuka palang pintu manual dari bambu.
Laporan Reporter Tribun Jogja, Obed Doni

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN – Santosa (61) mengaku mendapatkan upah Rp 30.000 per hari dari PT. Kerata Api Indonesia (KAI) untuk menjaga perlintasan kereta api (KA) tidak berpalang. “Saya ditugasi untuk menjaga dari pukul 06.00 hingga 20.00 WIB. Namun terkadang saya sendiri sampai pukul 22.00 WIB,” ucapnya, di Klaten, Senin (13/8/2012).

Ada 24 perlintasan KA tidak berpalang di Kabupaten Klaten. Pada saat lebaran, arus mudik dan balik, perlintasan tersebut dijaga oleh petugas lepas yang dibayar oleh PT. KAI. Mulai 12 hingga 27 Agustus perlintasan itu dijaga demi keselamatan para pengguna jalan yang melewati perlntasan itu. Santosa bertugas di perlintasan tidak berpalang Mbah Ruwet, Desa Pokak, Kecamatan Ceper.

“Perlintasan ini sudah ada palangnya, tapi hanya yang dari arah Jalan Solo-Jogja. Hanya saja dijalankan secara manual, namun tidak ada pos penjagaan yang memiliki palang perlintasan KA otomatis. Saya bertugas dengan rekan saya, berdua saja. Kami diminta untuk berjaga dan pembagian waktunya terserah kami yang mengatur,” jelas warga Dukuh Kasaran, Desa pasungan, Kecamatan Ceper itu.

Pria yang sehari-hari bekerja menjadi buruh mengairi sawah itu mengaku uang tersebut terbilang kecil. Namun, dia mengaku terkadang mendapatkan uang dari orang yang lewat. “Kalau diberi ya saya terima. Kalau tidak juga tidak apa-apa,” ucap orang yang sudah empat kali menjalani pekerjaan sebagai penjaga perlintasa KA tidak berpalang saat lebaran itu.

Hal yang sama dikatakan rekannya yang bertugas secara bersamaan, Joko Susetyo (30). Meski upah yang diterima sedikit, namun pekerjaan menjaga perlintasan itu perbuatan yang menolong orang lain. “Kami membantu orang supaya merasa aman dan terhindar dari kecelakaan KA. Kalau kerja bersama-sama jadinya ada teman ngobrol,” tuturnya.

Warga Desa Kejen, Kecamatan Ceper itu menuturkan cara dirinya bekerja menjaga perlintasan tersebut. Dia selalu mendapatkan informasil melalui pesan singkat saat kereta api sudah mendekati perlintasan yang dijaganya dari kedua arah (Solo atau Jogja).

“Namun saya tidak terlalu mengandalkan SMS. Saya juga memantau dari suara yang mungkin terdengar dan mengawasi kedua arah. Kemudian saya segera mendekati pelintasan untuk mengatur para pengguna jalan melintas, dan ketika sudah agak dekat saya menutup palang manual dan meminta para pengguna jalan berhenti,” paparnya.

Berdasarkan data Satlantas Polres Klaten, ada dari 24 perlintasan tidak berpalang di Klaten.  Lima diantaranya tergolong perlintasan besar, yaitu perlintasan di Boto Mrisen, Wonosari (118), Mbah Ruwet  di Pokak, Ceper (263), di Taji, Prambanan (305), di Geneng, Prambanan (254), dan di Srowot, Jogonalan (315). Sedangkan perlintasan KA yang berpalang ada 30 buah.

“Pengguna jalan harus berhati-hati saat melintasi palang kereta, apalagi yang tanpa palang. Kurangi kecepatan dan lebih baik berhenti untuk tengok kanan dan kiri sebelum menyebrang. Meski telah ada penjaga, namun unsur kehati-hatian dari masing-masing pengguna jalan yang melintas jalur KA harus diutamakan,” terang Kasat Lantas Polres Klaten, AKP Yuswanto Ardi. (*)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved