Ramadan 1433 H
Transaksi Pasar Tiban Ramadan Capai Puluhan Juta
beberapa pedagang tercatat sanggup membukukan omset hingga lebih dari Rp 1 juta per harinya.
Penulis: Mona Kriesdinar | Editor: Iwan Al Khasni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Luar biasa, demikian kiranya kata yang tepat untuk menggambarkan omset yang diraih para pedagang di pasar tiban ramadan.
Berdasarkan pantauan Tribun Jogja, di Kampung Ramadan Jogokaryan dan Pasar Ramadan Jalur Gaza, beberapa pedagang tercatat sanggup membukukan omset hingga lebih dari Rp 1 juta per harinya.
"Setiap hari saya berhasil menjual lebih dari 400 cup minuman," ungkap Ari, seorang pedagang berbagai macam minuman khas berbuka puasa yang ada di Jalur Gaza.
Ditemui pada Rabu (01/8) kemarin, penjual yang dibantu seorang rekannya ini, mengatakan, untuk setiap cup minuman tersebut, ia jual seharga Rp 3 ribu. Jenisnya, meliputi kolak, cendol, minuman sari kacau hijau, ninuman sup kacang merah serta susu kedelai.
Dengan asumsi rerata 400 cup per hari saja, Ari berarti sanggup mengumpulkan uang sebesar Rp 1,2 juta setiap sore selama bulan ramadan.
"Sebenarnya lebih dari 400 cup," ujar penjual yang biasa menjajakan minuman susu kedelai di kawasan Malioboro ini.
Dengan perolehan keuntungan sedemikian besarnya, Ari tak ragu memilih Jalur Gaza dibandingkan dengan berjualan di Malioboro terhitung selama bulan ramadan ini. "Keuntungannya berlipat - lipat," ujar pedagang yang menempati stan no 72 dan 73 ini.
Hal yang sama dirasakan Kristina, seorang penjual makanan ringan tempura di Jalur Gaza. Meskipun omsetnya tak sebesar yang diperoleh Ari, namun ia mengaku bahwa keuntungannya tersebut jauh lebih banyak dari biasanya.
Wajar saja, ia menjual produk dengan nilai jual yang lebih rendah, hanya Rp 500 per buahnya. Meski begitu, setiap harinya minimal Kristina bisa mengumpulkan uang hingga Rp 200 ribu.
Jika dilihat dari nilai barangnya, memang realtif kecil. Akan tetapi, menurutnya, kecenderungan konsumen membeli makanan ini lebih dari tiga buah.
Keuntungan yang diperoleh para pedagang tersebut, tentu tak lepas dari kedatangan dan daya beli konsumen yang jumlahnya bisa mencapai ratusan di kedua pasar ramadan ini. Mereka seolah tak sayang untuk membelanjakan uangnya membeli berbagai makanan buka puasa.
Semisal yang dilakukan Ferlin. Remaja asal Banyumas ini, bisa menghabiskan uang hingga Rp 20 ribu untuk setiap kali belanja. Mulai dari kolak, jajanan pasar, hingga makanan utama berbuka puasa. Bahkan biasanya, ia tak hanya cukup membeli satu jenis minuman saja. "Paling sering ya nyampe Rp 20 ribu, tapi kadang kurang dari itu juga," papar mahasiswa berjilbab ini.
Hal yang sama dirasakan Yeni. Ia juga menjadi bagian di antara ratusan konsumen pasar tiban ramadan lainnya. Kepada Tribun, ia mengaku kerap menyesal setelah apa yang ia beli ternyata tidak sanggup ia habiskan.
Menurutnya, keinginan membeli berbagai macam makanan, dipicu lantaran ketika membeli, kondisinya sedang lapar. Sehingga rasanya ia ingin menghabiskan makanan yang ia dapati di pasar tiban ramadan. Padahal, jika waktu berbuka tiba, hanya beberapa makanan saja yang sanggup ia lahap.
Tingginya daya beli masyarakat, diakui oleh ketua panitia pasar ramadan jalur gaza, Muhamamd Akhid Subianto. Menurutnya, berdasarkan hasil pendataan awal puasa, di tempat itu ada sekitar 130 pedagang yang terdaftar.
Namun, jumlahnya bisa bertambah maupun berkurang. Ia memerinci, beberapa pedagang memang memeroleh untung besar diatas Rp 500 ribu hingga jutaan. Namun, pedagang lainnya kadang ada yang hanya memeroleh Rp 50 ribu saja setiap harinya.
Jika dirata - ratakan, setiap pedagang sanggup mengumpulkan uang penjualan sebesar Rp 400 ribu setiap harinya. (TRIBUNJOGJA.COM)