Anak-anak YPAB Permata Hati Menanti Orang Tuanya

Belasan anak bermain riang di halaman belakang sebuah panti milik Yayasan Pemeliharaan Anak dan Bayi (YPAB) Permata Hati.

Editor: tea
zoom-inlihat foto Anak-anak YPAB Permata Hati Menanti Orang Tuanya
Foto : Ade Rizal / Tribun Jogja
Keceriaan anak-anak yang bermain di YPAB
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ade Rizal

TRIBUNJOGJA.COM, SOLO -  Belasan anak bermain riang di halaman belakang sebuah panti milik Yayasan Pemeliharaan Anak dan Bayi (YPAB) Permata Hati. Seorang anak, Bunga (bukan nama sebenarnya) bergelayut manja di pangkuan seorang perempuan berpakaian mirip suster di rumah sakit bernama Indri.
Keduanya tidak memiliki hubungan darah, maupun kekerabatan. Namun, Indri memperlakukan Bunga dengan penuh kelembutan selayaknya anaknya sendiri.

Indri adalah seorang pengasuh bayi yang bekerja di YPAB Permata Hati sementara Bunga, seorang anak yang tidak dikehendaki orang tuanya dan
dibuang, hingga akhirnya dirawat di panti YPAB Permata Hati. "Pengasuh di sini memang sangat dekat dengan anak - anak. Sudah seperti anak
sendiri," akunya ketika ditemui Tribun Jogja di sela-sela aktifitasnya, Minggu (22/07/2012). Sampai saat ini, bahkan Bunga tak tahu siapa orang tua kandungnya.

Wakil Kapala YPAB Permata Hati, Endang Suprapti menerangkan, panti yang terletak di belakang bangunan RSUD Moewardi tersebut memang
dikhususkan untuk merawat anak-anak yang dibuang oleh orang tuanya. "Ada anak yang kita temukan di tengah pasar, ada juga yang ditemukan
di stasiun, terminal bahkan di bawah pohon beringin," kisahnya. Panti yang didirikan pada 1955 tersebut menampung bayi umum 0 tahun hingga
maksimal 5 tahun.

Yang mengejutkan, sebagian besar anak-anak yang ditampung di panti tersebut bukan anak-anak yang ditelantarkan orang tuanya. Justru
sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dari kalangan terpelajar, kalangan berada, namun memiliki anak yang tidak diinginkan. "Ada yang
masih kuliah, kemudian baru mengambil anaknya setelah selesai kuliah. Ada juga yang anggota keluarga orang tua anak itu yang belum bisa
menerima kehadiran anak terbut juga ada," sambungnya.

Panti yang didirikan oleh Bidan Daimah Hadi tersebut memang murni bertujuan sosial dan menggratiskan semua pemenuhan kebutuhan anak-anak
yang dirawat. Dulunya, lanjut dia, panti tersebut berada langsung di bawah Menteri Sosial. Namun kini, panti YPAB tertua di Jawa Tengah
tersebut berada di bawah naungan Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah.

Saat ini, lanjut Endang, panti YPAB Permata Hati menampung 23 anak yang dirawat oleh 10 perawat. Sementara daya tampung panti tersebut
maksimal dihuni oleh 35 anak. Dari jumlah total 23 anak tersebut, 15 di antaranya merupakan anak titipan, yakni anak-anak yang memiliki
orang tua namun tidak dikehendaki. Sementara sampai saat ini hanya 3 anak yang sudah diambil orang tuanya dan empat anak yang diadopsi.

Anak-anak yang ditampung di YPAB Permata Hati tersebut kesemuanya boleh diadopsi. Sekretaris YPAB Permata Hati, Rahning Untari Nugroho
mengatakan, meski boleh diadopsi, namun pihaknya memberlakukan peraturan dan persyaratan yang ketat bagi calon orang tua yang ingin
mengadopsi anak. Setidaknya terdapat 25 syarat administratif dan 13 syarat material yang harus dipenuhi oleh calon orang tua.

Pemberlakuan aturan yang ketat tersebut, lanjut dia, dimaksudkan agar tidak sembarang orang bisa mengadopsi anak dan menghindari praktik
penjualan anak dan anak yang dipekerjakan. "Tentu kita melihat kondisi perekonomian calon orang tua. Apakah bisa menjamin masa depan anak
yang akan diadopsi ini," jelasnya. Usai proses adopsi, pihaknya akan terus melakukan pemantauan secara berkala setiap enam bulan sekali. (*)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved