Demo Naik Gaji, Polisi dan Tentara Bolivia Bentrok
Saat ini perwira kepolisian Bolivia mendapatkan gaji antara US$150 (sekitar Rp1.422.000) hingga US$200 (Rp 1.896.000 perbulan)
Unjuk rasa sejumlah polisi Bolivia dimulai di hari Kamis, lalu. Saat itu sekelompok polisi beserta istri mereka menguasai kantor satuan elit kepolisian dan mengusir atasan mereka.
Aksi kian memanas dan berujung pada kekerasan saat mereka menguasai barak kepolisian di kota La Paz. Sejumlah perwira kemudian bergabung dalam aksi protes di sejumlah kota besar Bolivia seperti Santa Cruz, Cochabamba dan Oruro. Sehari kemudian, 300 anggota kepolisian menyerang kantor kantor Direktorat Intelijen Nasional dan merusak sejumlah dokumen dan komputer.
Menurut Menteri Komunikasi Bolivia, Amanda Davila, protes para petugas kepolisian ini merupakan rekayasa sebagai upaya untuk melakukan kudeta terhadap pemerintah saat ini. Ia membeberkan para peserta aksi berupaya untuk mengumpulkan senjata dan menekan unit lain untuk menyerahkan senjata mereka kepada perwira kepolisian yang terlibat dalam aksi mogok tersebut.
"Laporan media dan intelijen kami mengatakan bahwa skenario kudeta kepada pemerintah saat ini tengah mereka susun," ujarnya seperti dikutip dari BBC, Minggu (24/5/2012).
Tudingan itu segera dibantah oleh kelompok peserta aksi, mereka mengatakan, tidak punya kepentingan apapun untuk melengserkan Presiden Bolivia yang berasal dari kelompok sayap kiri, Evo Morales.
Para perwira itu mengatakan satu-satunya kepentingan dalam aksi ini adalah mencapai kesepakatan untuk mendapatkan gaji yang lebih tinggi. Saat ini perwira kepolisian Bolivia mendapatkan gaji yang berkisar antara US$150 atau sekitar Rp1.422.000 hingga US$200 atau Rp 1.896.000 perbulan.
Mereka menuntut adanya kesamaan gaji dengan perwira yang bertugas di kesatuan militer. Dalam pembicaraan terakhir, anggota polisi yang mogok menolak tawaran pemerintah yang akan menaikan gaji mereka sebesar tujuh persen dari gaji sekarang pada tahun ini. (*)