Ekspedisi Sabuk Merapi 2011
Badai dan Kabut Tebal serta Hujan Deras Temani Tim Rute Selo
Kabut tebal, angin kencang, bebatuan, dan hujan menjadi teman tim untuk beristirahat.
Penulis: Sigit Widya | Editor: jun
TRIBUNJOGJA.COM, BOYOLALI - New Selo, yang terletak di ketinggian sekitar 1.800 dpl, menjadi start Tim Ekspedisi Sabuk Merapi 2011 Rute Selo, Boyolali, Jawa Tengah, menuju puncak Gunung Merapi. Tim bergerak Rabu (26/10/2011) pukul 16.30 WIB, menapaki tanjakan dengan kemiringan sekitar 30 derajat.
Melewati jalan berkelok tanpa sedikit pun jalan datar, tim merasakan betapa beratnya medan yang tersedia di sisi timur Merapi tersebut. Dengan semangat tinggi, tetap melangkah setapak demi setapak, akhirnya mencapai Stasiun Jurang Grawah, di ketinggian sekitar 2.000 dpl, pukul 17.00.
Stasiun yang dibangun sejak 1995 tersebut, difungsikan untuk monitoring Gunung Merapi oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian ( BPPTK) Yogyakarta. Dan setelah istirahat sebentar, tim melanjutkan perjalanan, menapaki rerumputan, melintasi perbatasan area antara wilayah warga sekitar dan Perhutani, yang dikelola oleh Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM).
Saat memasuki kawasan penuh rumput dan tumbuhan khas pegunungan tersebut, hujan turun deras. Tim pun mengenakan jas hujan, lalu kembali melanjutkan perjalanan. Meski terlihat anggun dan subur, area tersebut menawarkan lintasan yang penuh kerikil dan aliran air.
Namun, hal itu tak mematahkan semangat tim. Pada pukul 18.00 WIB, Pos I direngkuh. Di lokasi tersebut, tim beristirahat sejenak, meluruskan otot-otot kaki yang digembleng lintasan menanjak, dengan berbagai bentuk kemiringan derajat.
Tim menyempatkan mengonsumsi asupan, berupa makanan kecil cokelat dan roti. Setelah sekitar 15 menit, tim melanjutkan perjalanan naik.
Sekitar pukul 19.30 WIB, tim mencapai Pos II, meski hujan dan angin kencang tak jua reda, bahkan semakin besar, seolah memberi cobaan bagi para pendaki. Satu jam berlalu, kondisi dan cuaca semakin ekstrem, memaksa tim untuk menghentikan perjalanan dan memutuskan berhenti di Geger Boyo.
Di tempat tersebut tim membuat makan malam berupa mi instan. Minuman panas juga dikonsumsi, sebagai stimulan tim untuk menghimpun energi. Perjalanan masih panjang.
Dengan intensitas langkah yang ditingkatkan, perjalanan dilanjutkan. Lagi-lagi, cobaan menerpa. Badai kencang dan kabut tebal menghadang tim. Bersama SAR Boyolali berjumlah tujuh orang, satu petugas Disaparbud Boyolali, satu petugas BPPTK, dan satu petugas TNMG, tim harus merasakan betapa garangnya lintasan menuju puncak Merapi.
"Bagi pendaki yang belum berpengalaman, disarankan untuk berhati-hati di lokasi tersebut. Atau, bila ngotot melanjutkan perjalanan, mereka harus didampingi pendaki yang sudah hapal betul medan dan seluk beluk Merapi," kata Supriyadi dari Disbudpar Boyolali.
Tim benar-benar merasakan, betapa beratnya menaklukkan lintasan penuh batu dan kerikil, yang dilengkapi pasir muntahan erupsi Merapi 2010, kala memasuki kawasan Gajah Mungkur. Melintas saja sulit, apalagi kali ini tim dihajar badai dan hujan deras.
"Ini benar-benar perjalanan yang hebat. Tim akhirnya sampai di Pasar Bubar pada pukul 21.30, meski bergelut dengan kondisi yang justru semakin ekstrem. Kabut tebal, angin kencang, bebatuan, dan hujan menjadi teman tim untuk beristirahat," ujar Wakil Pemimpin Redaksi Tribun Jogja, Setya Krisna Sumargo, yang masuk dalam tim ini.
Malam pun semakin larut. Tim memutuskan untuk merebahkan badan sebelum melanjutkan pendakian ke pucuk Merapi, Kamis (27/10/2011), pukul 07.30 WIB. (*)