Fauzan Beromzet Rp 10 Juta Per Hari

Di negara maju, petani susu merupakan sebuah profesi mulia, bahkan pendapatan petani susu di sana sangat layak.

Editor: jun
zoom-inlihat foto Fauzan Beromzet Rp 10 Juta Per Hari
TRIBUNJOGJA/HENDRA KRISDIANTO
Fauzan Rachmansyah, pemilik Warung Susu Kalimilk, di Lempongsari, Yogyakarta.

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Saking inginnya mengajak orang hidup sehat dengan  minum susu sapi, Fauzan Rachmansyah (26) membuka warung susu Kaliurang Milk (Kalimilk) di Lempongsari, Yogyakarta.  Ia mengeluhkan konsumsi susu di Indonesia yang relatif sedikit, hanya 5,6 kilogram per kapita pada 2009.

 "Angka itu sudah dicapai Malaysia pada 1961," ucap pengusaha susu segar yang juga mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta ini saat ditemui Tribun Jogja, Jumat (18/3/2011), di warungnya.

Padahal, menurutnya, konsumsi susu di negara-negara maju sudah tinggi, sedangkan di Indonesia sebagai produsen susu, konsumsi susu justru rendah. "Kita harus ciptakan gaya hidup minum susu," tegasnya.

Fauzan, yang juga petani susu di kawasan Wonorejo, Kabupaten Sleman, DIY, ini sering pula mendengar keluhan petani-petani susu di Kaliurang tentang rendahnya harga susu. Harga pakan sapi, yang terlampau mahal, tak seimbang dengan harga susu di pasaran sebesar Rp 2.900 per liter. "Susu yang berkualitas bagus pun tidak mempunyai harga bagus," imbuhnya.

Untuk menjawab keluhan petani-petani tersebut ia membangun warung susu yang produknya berasal dari peternak sapi di Wonorejo dan Kaliboyong, Sleman. Bahkan karena adanya erupsi Gunung Merapi, launching warung yang semula direncanakan Juni 2011 mendatang, dipercepat menjadi Januari 2011 lalu. "Sebagai upaya recovery petani susu di Kaliurang," paparnya.

Ia mengatakan, di negara maju petani susu merupakan sebuah profesi mulia, bahkan  pendapatan petani susu di sana sangat layak. "Beda dengan Indonesia yang menganggap profesi petani adalah pekerjaan orang miskin," ucap Fauzan, prihatin.

Selain mempunyai mimpi menumbuhkan gaya hidup sehat, pria yang bercita-cita menjadi petani ini mendirikan warung susu karena juga terhimpit ekonomi. Sang ayah, yang meninggal dunia pada tahun 2004, memaksanya untuk mencari biaya kuliah sendiri. Maka, berjualan  sepatu, sepeda, spare parts motor tua sampai profesi sopir pun pernah dilakoninya. "Akhirnya ngumpulin uang untuk bikin kandang sapi," kenang Fauzan.  

Pria asal Jakarta ini mengaku tak mempunyai modal banyak untuk mendirikan warung yang mayoritas dibangun memakai bambu tersebut. Uang yang didapatnya dari penjualan sehari-hari, terus berputar menjadi modalnya. "Hingga sekarang seperti itu," ucapnya.

'Seperti itu' yang dimaksud Fauzan, antara lain, beromzet Rp 10 juta per hari. Ia juga memiliki 42 sapi perah. Hanya, Fauzan  mengaku belum melakukan banyak variasi pada produk susunya meski selain meragamkan rasa susu  ia berhasil membuat produk yogurt dan es krim. "Selanjutnya kami akan buat keju," imbuh Fauzan.

***

Di bulan ketiga sejak berdiri, Kalimilk sudah mengalami tiga kali perluasan. Untuk menampung semua pembelinya, ia juga menambah kapasitas warungnya menjadi sekitar 100 orang. "Sekarang luasnya 30 kali 30 meter," tambah Fauzan, yang menjual susunya Rp 8.000 (gelas biasa) dan Rp 15.000 (gelas jumbo).

Sekarang, sapi perahnya yang berjumlah 42 tak lagi mampu memenuhi kebutuhannya yang mencapai 280 liter per hari. Sebagai upaya mengoptimalkan petani susu lain, ia pun menambah pasokan susu dari para petani di kawasan Kaliboyong dan Wonorejo. "Susu mereka kami hargai Rp 4.000 per liter," ucapnya.

Dengan perkembangan usahanya itu, pria kelahiran 17 Januari 1985 tersebut menargetkan penjualan per hari sebesar Rp 15 juta. "Namun saat ini omzet baru berkisar Rp 10 juta per hari," kata Fauzan.

Untuk mewujudkan targetnya, bapak satu ini tak melakukan strategi khusus untuk mempromosikan susunya. Ia lebih mendekatkan diri kepada para pelanggannya sehingga suasana kekeluargaan bisa terbangun di warungnya. "Asal konsumen puas dengan produk kita," paparnya.

Target lain, tahun ini ia juga ingin menambah lima sampai enam store lagi di DIY, dan akan membangun warung serupa di Jakarta. "No franchise," tegasnya, kemudian menjelaskan bahwa  dengan tidak me-wara labakan produk susunya maka kualitas susu tetap terjaga.

Ia  berharap pemerintah mendukung petani susu di daerah-daerah. Tak beda dengan New Zaeland, yang semua teknologinya difasilitasi pemerintah. Jika teknologi maju, lanjutnya, kualitas susu akan semakin bagus dan meniningkatkan harga produk. "Kesejahteraan petani pun bisa ikut meningkat," tegas Fauzan.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved