KLB Leptospirosis
Penderes Nira tak Peduli Kencing Tikus
"Banyak sekali tikus di pohon kelapa. Tikus kan doyan bau nira yang manis."

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Penyakit Leptospirosis yang merengut nyawa dua warga Kulonprogo tak membuat penderes nira takut. Mereka tetap menyadap nira, meski berisiko tertular penyakit akibat bakteri Leptospira sp itu.
Seorang penderes nira,Tugiyo (49), tampak gesit naik turun sejumlah pohon kelapa tanpa alas kaki. Ia selalu manjat sekitar 30 pohon kelapa per hari, dengan ketinggian pohon rata-rata sekitar 12 meter. "Banyak sekali tikus di pohon kelapa. Tikus kan doyan bau nira yang manis," katanya sambil melompat turun dari pohon kelapa.
Di kebun nira, kata Tugiyo, tak hanya ada satu jenis tikus. Ada beberaja jenis tikus yang suka bersarang di kebun kelapa. Tikus kecil berwarna abu-abu akrab disebut Titu. Tikus hitam besar berdada putih, disebut tikus wirok. “Tikus-tikus itu suka memakan dan merusak alat sadap yang dipasang di pohon kelapa," ujar penderes asal Desa Kalirejo, Kecamatan Kokap itu.
Ia tak kuatir risiko tertular Leptospirosis, penyakit yang dibawa melalui air kencing tikus. Selama puluhan tahun bekerja sebagai penderes, ia belum pernah terserang Leptospirosis. "Kalau memakai sarung tangan atau sepatu bot justru tidak bisa naik pohon. Lebih praktis mandi setelah menderes, untuk menghilangkan bakteri," katanya.
Seorang penderes lainnya, Suprapto, mengatakan, selama ini belum pernah ada sosialisasi dari pemerintah setempat terkait penyakit Leptospirosis kepada penderes nira.
Berbeda dengan petani sawah, selama ini penderes nira tak pernah ada pembinaan, maupun perhatian khusus dari pemerintah setempat. Meskipun menderes nira adalah mata pencaharian pokok penduduk Kulonprogo bagian utara. “Menderes nira selama ini dianggap sebuah tradisi turun temurun,” jelasnya.
Dinas Kesehatan Kabupaten Kulonprogo memprediksikan penderes nira paling rentan tertular Leptospirosis. Dari hasil sampel Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Yogyakarta, ditemukan bakteri Leptosperosis pada tikus pohon. Padahal sebanyak 6.000 lebih warga Kulonprogo adalah penderes nira.
RSUD Wates meminta pemerintah provinsi DIY menetapkan wabah Leptosporosis sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) tingkat provinsi. “Sebaran penyakit Leptospirosis sudah meluas. Penyakit ini bukan lagi masalah satu kabupaten,” kata Kepala Divisi Pelayanan Medis RSUD Wates, Witarto. (*)