KLB Leptospirosis

Iskandar Cuci Darah Setelah Dikencingi Tikus

"Awalnya saya kira penyakit chikungunya. Dia mengeluh demam dan nyeri di seluruh tubuhnya."

Editor: Sulistiono
zoom-inlihat foto Iskandar Cuci Darah Setelah Dikencingi Tikus
TRIBUNJOGJA.COM/VICTOR MAHRIZAL
Bunarti keluar dari ruang ICU RSUD Wates, Senin (31/1/2011). Ia setia menunggui suaminya skandar Alamsyah (53) yang menderita Leptospirosis.
Laporan Reporter Tribun Jogja, Victor Mahrizal

TRIBUNJOGJA.COM, KULONPROGO - Bunarti (47) tidak mengira demam ringan yang diderita suaminya ternyata penyakit Leptospirosis, yang dibawa bakteri Leptospira sp dan ditularkan lewat air kencing tikus.

"Awalnya saya kira penyakit chikungunya. Dia mengeluh demam dan nyeri di seluruh tubuhnya," ujarnya, sembari menyuapkan sesendok air ke mulut suaminya, Iskandar Alamsyah (53), yang tergolek lemah di Intensive Care Unit (ICU) RSUD Wates, Senin (31/1/2011).

Warga Samiranan Desa Nomporejo, Kecamatan Galur itu mengaku suaminya mengeluh sakit sejak enam enam hari lalu. "Keadaannya semakin memburuk. Obat chikungunya yang saya berikan ternyata salah," sesal Bunarti, yang juga seorang petugas gizi di Puskesmas Panjatan.

Penyakit yang diderita Iskandar baru terdeteksi setelah ia dibawa ke RS Rizky Amalia. Saat itu matanya sudah menguning dan ginjalnya bermasalah. "Suami saya langsung dirujuk ke RSUD Wates untuk menjalani cuci darah. Siang ini cuci darah yang ketiga kalinya," kata Bunarti sambil menarik nafas panjang.

Mengenai asal muasal penyakit yang diderita suaminya, Buntarti tidak bisa menjelaskan kepastiannya. Suaminya yang bekerja sebagai Kepala Urusan Umum Desa Nomporejo itu pun juga jarang pergi ke sawah. "Entah apakah dia tertular penyakitnya ketika di dalam rumah atau di luar rumah saya tidak tahu," ujarnya, sambil mengelengkan kepala.

Sambil melihat kembali jam di tangannya, ia berkata lirih dan berharap setelah cuci darah yang ketiga ini keadaan suaminya membaik. "Cuci darahnya sebentar lagi, jam 13.00 WIB ini. Saya mohon doanya saja untuk kesembuhan suami saya," kata Buntarti.

Kepala Seksi Pengamatan Penyakit dan Imunisasi, Dinas Kesehatan Kulonprogo, Baning Rahayu Jati, mengatakan, pada Januari 2011 penderita Leptospirosis ada 14 orang, dua diantaranya meninggal dunia.

Hasil uji laboratorium Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) Yogyakarta penyebaran penyakit Leptospirosis di Kulonprogo ditularkan oleh tikus pohon. “Penderes nira di Kulonprogo paling terancam tertular Leptospirosis. Di Kulonprogo warga yang berprofesi sebagai penderes nira ada 6.000 orang,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kulon, Progo Lestaryono.

Penyebaran penyakit mematikan itu tidak hanya terjadi di Kulonprogo. Leptospirosis juga mewabah di Kabupaten Bantul. Bahkan, di kabupaten itu sudah dinyatakan status Kejadian Luar Biasa (KLB) Leptospirosis.

Pada Januari 2011, di kabupaten itu ada 14 penderita Leptospirosis, tiga diantaranya meninggal dunia. “Untuk sebelas penderita Leptospirosis lainnya sudah sembuh,” Kepala Dinas Kesehatan Bantul, Siti Noor Zaenab. (*)

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved