KLB Leptospirosis
Tujuh Kecamatan di Bantul Endemi Tikus
Tujuh kecamatan di Kabupaten Bantul endemi hama tikus, yaitu Sedayu, Sewon, Bantul, Imogiri, Sanden, Bambanglipuro, dan Pajangan.
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL – Tujuh kecamatan di Kabupaten Bantul endemi hama tikus, yaitu Sedayu, Sewon, Bantul, Imogiri, Sanden, Bambanglipuro, dan Pajangan.
“Dari 17 kecamatan, yang paling tinggi populasi tikusnya berada di tujuh kecamatan tersebut,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan (Dispertahut) Kabupaten Bantul, Edy Suharyanta, Jumat (28/1/2011).
Ia mengakui kalau populasi hama tikus di Bantul berada di tingkat yang tinggi. Terkait dengan status Kejadian Luar Biasa (KLB) Leptospirosis di Bantul, Dispertahut pun ditugaskan untuk meminimalisir jumlah tikus di Bantul.
"Biasanya Bantul mengalami KLB karena penyakit demam berdarah. Sekarang jumlah kasus Leptospirosis sudah melebihi penderita demam berdarah," kata Edy.
Dari sisi ekonomi pertanian, kata dia, jumlah hama tikus yang ada di Bantul tidak terlampau fatal. Namun, karena tikus membawa penyakit Leptospirosis, maka harus dilakukan pemberantasan.
Satu upaya untuk memberantas tikus bisa dilakukan dengan metode gropyokan, atau memburu tikus yang melibatkan orang banyak. Pemberantasan tikus dengan metode tersebut sudah dilakukan sejak tahun 1998.
Pada tahun 2000 hingga 2003, Dispertahut pernah menerapkan metode pemberian kompensasi dengan membeli tikus hasil tangkapan, yaitu Rp200 per ekor. Lalu, pada tahun 2004 hingga 2010, dinaikkan menjadi Rp 300 per ekor," jelasnya.
Edy juga menceritakan, Pemda Bantul pernah membeli burung hantu sebanyak tiga ekor dan dilepas di Desa Argomulyo pada tahun 2000. "Upaya itu juga kurang efektif, karena burung hantu hanya memakan satu sampai dua ekor tikus setiap harinya," kata Edy.