KLB Leptospirosis

Penderita Leptospirosis Meninggal Setelah Badannya Bengkak Seperti Kingkong

Sewaktu di rumah sakit, tubuh Supriyana membengkak. "Benar-benar gemuk seperti Kingkong," kata kakak Supriyana, Dalijan (56).

Editor: Sulistiono
zoom-inlihat foto Penderita Leptospirosis Meninggal Setelah Badannya Bengkak Seperti Kingkong
TRIBUNJOGJA.COM/ANUGERAH
Mujiyati bersama tiga anaknya. Suaminya, Supriyana, meninggal setelah menderita penyakit Leptospirosis.
Laporan Reporter Tribun Jogja, Anugerah

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Pasien penyakit leptospirosis yang tinggal di Dusun Gumuk, Supriyana (44), meninggal 17 hari setelah kematian ayahnya. Supriyana meninggap pada 17 Januari 2011. Sedangkan ayahnya meninggal pada 31 Desember 2010 akibat penyakit paru-paru.

"Keduanya meninggal pada jam yang sama, yaitu pada jam 22.30 WIB," kata istri Supriyana, Mujiyati (37) saat ditemui di rumahnya, di Dusun Gumuk, Kelurahan Ringinharjo, Kecamatan Bantul, Bantul, DIY, Selasa (25/1/2011).

Supriyana mulai menunjukkan gejala sakitnya pada 9 Januari 2011. Badannya mulai panas dingin dan kakinya mulai sulit untuk digerakkan. "Dia lalu mulai diare. Kalau buang air besar, yang keluar hanya air," kata Mujiyati.

Setelah dirawat di rumah selama empat hari, keluarga memutuskan untuk membawa Supriyana ke Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul. "Langsung masuk Instalasi Gawat Darurat, lalu dirawat di kamar biasa selama tiga hari," ujarnya.

Supriyana langsung dipindahkan ke ruang Intensive Unit Care setelah penyakitnya tak kunjung membaik. Ia sempat dirawat empat hari di Intensive Unit Care dalam keadaan koma, sebelum akhirnya meninggal dunia.

Sewaktu di rumah sakit, tubuh Supriyana membengkak. "Benar-benar gemuk seperti Kingkong," kata kakak Supriyana, Dalijan (56). Ia mengatakan, Supriyana tidak bisa buang air kecil sama sekali, padahal tubuhnya diinfus. Mungkin tubuh Supriyana waktu itu bengkak karena terlalu banyak cairan di tubuhnya.

Dalijan sempat menekan betis Supriyana dengan jarinya. Ia terkejut karena tubuh gemuk Supriyana sangat lunak, bahkan bekas tekanan tersebut tidak kembali seperti semula. "Butuh waktu beberapa hari sebelum bagian itu kembali normal," katanya.

Mujiyati mengatakan, selain badannya bengkak, mata dan wajah Supriyana menguning dan sering mengatakan sesuatu yang tidak jelas maknanya. Supriyana, juga sering berbicara sendiri. "Sudah sembuh, sudah selesai," kata Mujiyati menirukan perkataan Supriyana.

Sewaktu meninggal, pria yang berprofesi sebagai petani itu sedang ditunggu istri dan ketiga anaknya yang masih kecil, serta seluruh anggota keluarganya. Mujiyati mengatakan, suaminya meninggal dalam keadaan tersenyum. "Ia terlihat lebih muda dan tampan," kenangnya.

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved