Yogyakarta
Dewan Dukung Penataan Malioboro
Dewan berharap penataan ini akan menjadikan Malioboro humanis, tidak eksklusif bagi masyarakat yang mengaksesnya.
Penulis: Agung Ismiyanto | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kalangan legislatif mendukung upaya penataan Malioboro dengan uji coba semi pedestrian yang akan dilaksanakan Selasa (18/6/2019) ini.
Dewan berharap penataan ini akan menjadikan Malioboro humanis, tidak eksklusif bagi masyarakat yang mengaksesnya.
Hal ini dikemukakan oleh Wakil Ketua DPRD DIY, Arif Noor Hartanto yang menyebut uji coba ini adalah bagian dari perwujudan dialektika yag sudah lama terjadi.
Dialektika ini adalah menjadikan kawasan Malioboro akan ada kawasan pedestrian yang lain yang mudah-mudahan akan dikembangkan lagi oleh Pemda.
• Besok Uji Coba Semi Pedestrian Malioboro Diberlakukan
"Terhadap rencana itu maka kami terutama pendapat saya pribadi dari DPRD menyambut sangat baik pemikiran-pemikiran dan langkah-langkah progresif untuk mewujudkan pemikiran ini sejak lama itu untuk menjadikan Malioboro salah satu pedestrian di DIY," jelasnya, Senin (17/6/2019).
Menurut Arif, dengan penataan yang menghabiskan biaya hingga miliaran rupiah baik sisi timur dan barat, jika tidak dioptimalkan maka akan menjadi sia-sia.
Dia juga melihat perwajahan Malioboro yang sekarang ini memang sudah darurat dan tidak humanis lagi.
Bahkan, kata dia, terkesan tidak mendapat sentuhan hati dari seluruh pemangku kepentingan.
Dia berharap mewujudkan kawasan pedestrian itu harus mampu juga menciptakan kawasan yang sangat humanis.
Artinya, Malioboro mampu menghadirkan kembali roh hubungan sosiokultural kemasyarakatan.
• Wisatawan Keluhkan Barisan Gerobak PKL di Malioboro
"Jangan sampai nanti bobotnya terlalu ke dimensi atau ruh ekonomi semata-mata, apapun itu baik dari seluruh pemangku kepentingan yang menjadikan kawasan Malioboro untuk menyambut rezeki. Oleh karena itu maka penataan yang sudah dilakukan dan selalu dikaitkan dengan sumbu imajiner dengan sumbu filosofi terutama sumbu filosofis itu," katanya.
Dalam penataan ini kalangan difabel sudah menyampaikan kritik bahwa berbagai fasilitas penopang aktivitas mereka dirasa kurang optimal.
Maka, dinas PU harus segera menindaklanjuti.
Selain itu menghidupkan dimensi sosikultrutal terutama dari kulturalnya harus dijaga.
"Saya sangat-sangat berharap melalui uji coba ini jika ada kekurangan yang kemudian rekomendasinya dikaji dan dievaluasi menjadi kebijakan," paparnya.
Ke depannya, Malioboro diharapkan menjadi tempat yang nyaman bagi semua orang. Baik difabel, penyandang downsyndrome dan kelompok masyarakat lainnya.
"Malioboro tidak menjadi tempat eksklusif namun inklusif dan nyaman bagi semua kalangan," urainya. (TRIBUNJOGJA.COM)