Kota Yogyakarta
Pemkot Yogya: Ujicoba Simulasi Pedestrian Malioboro Tak Perlu Ditolak
Dari uji coba itu, pemerintah akan mendapatkan input untuk nantinya bisa dibuat kebijakan.
Penulis: Agung Ismiyanto | Editor: Ari Nugroho
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Wakil Wali Kota Yogya, Heroe Poerwadi menjelaskan, uji coba arus lalu lintas di Malioboro artinya untuk mencoba dan melihat ada permasalahan apa saja yang terjadi ketika sebuah rute baru akan diterapkan secara permanen.
Dari uji coba itu, pemerintah akan mendapatkan input untuk nantinya bisa dibuat kebijakan.
"Pemkot memahami bahwa untuk mengenalkan rute baru perlu waktu dan membiasakan. Jadi penerapan sepenuhnya untuk kawasan Jalan Malioboro bebas kendaraan perlu beberapa tahapan dan perlu melalukan pembiasaan jalur dan rute baru itu, " ujarnya dalam keterangan tertulis, Seni (3/6/2019).
Pemerintah, kata dia, merancang untuk mengatasi permasalahan kemacetan di Yogya.
Untuk itu, dibuat manajemen lalu lintas yang baru dan signifikan dampak hasil positifnya.
• Konsep Pedestrian Malioboro Dikhawatirkan para Pedagang Kaki Lima
Diantara membuat arus jalan in/out ke Yogya dengan menerapkan satu arah di sejumlah ruas jalan.
Dalam penerapannya perlu kajian dan uji coba.
"Dimana saja ditetapkan jalan satu arah, terus membuat putaran-putaran satu arah. Keperluan gedung dan kantong-kantong parkir yang bisa disediakan," jelasnya.
Termasuk diantaranya konsep malioboro yang bebas kendaraan bermotor, pihaknya telah melaksanakan kajian matang.
Kajian ini juga dengan membuat manajemen pengaturan terminal-terminal TOD yang menyambungkan antar moda transportasi, titik jemput antar armada online dan persoalan-persoalan sosial dan ekonominya.
Usai uji coba ini, tahap kedua nanti juga dilakukan uji coba pembiasaan, dengan menerapkan secara bertahap.
Misalnya permulaannya hanya diterapkan pada hari tertentu saja, atau diterapkan pada malam hari saja.
• Setelah Lebaran, Malioboro Steril dari Kendaraan Bermotor Kecuali Trans Jogja
Dengan penerapan bertahap itu artinya masyarakat bisa belajar dan menyesuaikan diri.
Seluruh masyarakat dan pengusaha, pedagang dan semua pihak memperoleh kenyamanan di Yogyakarta.
"Malioboro sebagai daya tarik utama wisata kota Jogja, harus dibuat nyaman. Perubahan yang lebih baik pun perlu proses utk pembiasaan, " ujarnya.
"Jadi tidak perlu ditolak, kan masih uji coba. Dan hasil ujicoba akan didiskusikan bersama termasuk dengan pelaku di malioboro," jelasnya. (TRIBUNJOGJA.COM)