Jatuhnya Konstantinopel
Hari Ini 566 Tahun Lalu, Konstantinopel Runtuh Akibat Perseteruan, Pengkhianatan, Teror dan Jihad
Keruntuhan Konstantinopel dan kematian Kaisar Konstantin meninggalkan seribu satu kisah epik yang tiada habisnya diingat
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
Hari Ini 566 Tahun Lalu, Konstantinopel Runtuh Akibat Perseteruan, Pengkhianatan, Teror dan Jihad
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - HARI ini, 566 tahun lalu, kekhalifahan Ustmaniyah mengerek kekuasaannya. Konstantinopel, ibukota Romawi Timur, jatuh ke tangan Sultan Mehmet II (Mohammad II). Islam Bul (kini Istanbul), muncul sebagai pusat kekuasaan kasultanan Islam terbesar di Asia-Eropa.
Keruntuhan Konstantinopel dan kematian Kaisar Konstantin meninggalkan seribu satu kisah epik yang tiada habisnya diingat. Bangsa Yunani mengenang kematian Konstantin Dragases pada 29 Mei 1453 itu lewat ratapan-ratapan menyayat dalam kisah sejarah mereka.
Penulis sejarah Roger Crowley menyusun secara dramatis kisah kejatuhan kota bertumpuk sejarah itu dalam buku “1453: Detik-detik Jatuhnya Konstantinopel ke Tangan Muslim (2016)”. Cerita tak kalah seru ditulis penulis sejarah kelahiran Libya, Dr Ali Muhammad Ash-Shallabi.
Ash-Shallabi yang jadi rujukan para peneliti sejarah Islam, menyusun buku heroik “Muhammad Al-Fatih: Sang Penakluk yang Diramalkan (2018)”. Sedangkan John Freely secara cantik melukiskan Istanbul, kota benteng yang pernah jadi tumpuan tiga imperium perkasa di dunia.

Buku “Istanbul: Ibukota Tiga Imperium Agung Dunia Byzantium-Romawi-Usmani (2019)”,sungguh sangat menawan. Freely berulang-ulang menyebut Istanbul sebagai kota sangat memesona yang berdiri di atas tumpukan sejarah besar kota di planet bumi ini.
Roger Crowley menulis, kejatuhan Konstantinopel bukan semata akibat serangan besar kaum Turki pada 1453. Tetapi diawali rangkaian panjang pengepungan dan rentetan peperangan selama bertahun-tahun di berbagai tempat.
Meski dibentengi tembok Theodosius yang perkasa, Konstantinopel perlahan melemah akibat berbagai pengkhianatan, menyurutnya dukungan sekutu-sekutunya di barat. Termasuk keengganan Kaisar Romawi Suci Frederick III membantu Konstantin.
Paus Nicholas sudah membujuk Frederick, yang kemudian mengirimkan ancaman ke Sultan Mohammad II. Tapi ancaman itu kosong belaka. Tidak pernah ada tindak lanjut kehadiran armada Romawi, guna membantu Konstantin hingga kotanya jatuh.
Konstantin yang mulai putus asa, menawarkan konsesi tanah bagi siapa saja yang bersedia membantu menyelamatkan Konstantinopel. Hunyadi dari Hongaria ditawari tanah di Selymbria dan Mesembria di Laut Hitam.
Ia menawarkan Pulau Lemos kepada Alfonso, penguasa Aragon dan Naples (Napoli). Konstantin juga mengiming-imingi hadiah besar kepada orang Genoa, orang Dubrovnik, dan Venezia. Gayung tak bersambut.
Awan hitam menyelimuti Konstantinopel. Pada Oktober 1452, atau 8 bulan sebelum serbuan pamungkas ke Konstantinopel, Sultan Mohammad II membunuh Demetrios dan Thomas, saudara Konstantin di Peloponesia.

Saat itu Sultan telah membangun benteng Pemotong Tenggorokan, istana kecilnya di seberang Konstantinopel. Benteng itu disebut demikian karena mampu memotong semua pergerakan kapal melewati Selat Bosphorus.
Setengah usaha merebut Konstantinopel telah berhasil dilakukan dengan pendirian Bogaz Kesen atau Rumeli Hisari. Pada 28 Agustus 1452, Sultan Mohammad mengunjungi Golden Horn di luar tembok kota. Tiga hari ia memantau, mempelajari kekurangan dan kelemahan Konstantinopel.
Usaha melemahkan dukungan untuk Konstantinopel terus dilakukan. Sebuah drama sebagai contoh usaha keras Ustmani adalah perlakuan terhadap kapal Venezia yang dinakhodai Antonio Rizzo pada 26 November 1452.