Sleman
Di Bekas Kandang Sapi, Warga Sumberarum Moyudan Lestarikan Tenun Tradisional
Di Bekas Kandang Sapi, Warga Sumberarum Moyudan Lestarikan Tenun Tradisional
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Bentuk bangunan yang berada di Dusun Sejati, Desa Sumberarum, Moyudan, Sleman tersebut tidak asing bagi orang banyak. Berbahan utama kayu, bangunan tersebut jelas tampak seperti kandang sapi pada umumnya.
Namun di kandang sapi tersebutlah, sekelompok ibu-ibu yang tergabung dalam CV Usaha Sejati menghasilkan berbagai produk tenun motif tradisional. Warisan turun-temurun warga di sana.
Asteria Harsiyah, Koordinator CV Usaha Sejati menuturkan bahwa kelompok tenun di dusun tersebut telah eksis sejak lama.
"Tenun yang kita buat menggunakan peralatan tradisional, alias tanpa mesin," jelas Aster saat ditemui Tribunjogja.com, Selasa (30/04/2019) lalu.
• Nanti Malam, Rektor Sutrisna Wibawa Nge-Rap dalam Konser Musik Dies Natalis UNY ke-55
Tribunjogja.com juga melihat bahwa seluruh peralatan tenun di sana masih sangat tradisional, seluruhnya memanfaatkan tenaga manusia. Setidaknya ada 3 alat yang digunakan untuk menenun.
Pada alat pertama, benang akan dipintal menjadi satu gulungan. Selanjutnya di alat kedua, benang berbagai warna dikelompokkan sesuai dengan motif yang akan tenun.
Baru lah di alat ketiga, benang-benang tersebut mulai ditenun menjadi satu lembar kain. Proses menenun memanfaatkan tenaga dari kaki manusia.
Menurut Aster, perkembangan pesat dialami kelompoknya saat sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) melakukan pendekatan dan membantu memperluas wilayah pemasarannya.
"Mulai 2015, kami mulai mengembangkan berbagai bentuk tenun, tidak lagi hanya terpaku pada satu macam," katanya.
• Kisah Nenek Diana dan Karim Maullah, Siswa Kelas 3 SD yang Viral Naik KRL Sendirian ke Sekolah
Sebelumnya, para ibu di Dusun Sejati hanya menenun kain stagen alias kemben tradisional. Namun berkat pembinaan dari LSM, mereka memodifikasi stagen menjadi beragam produk seperti gelang, tas, peci, dan sebagainya.
Bangunan bekas kandang sapi yang berdiri di belakang sebuah rumah pun dijadikan sebagai Workshop. Seluruh aktivitas tenun dilakukan di sana, termasuk memajang hasil kerajinannya.
Kain tenun berbagai warna pun terpasang di dinding bangunan. Variasi warna serta motifnya yang indah justru membuat kandang sapi tersebut memiliki aura yang berbeda.
Aster menyatakan produk kerajinan mereka dijual mulai harga Rp 10 ribu hingga Rp 300 ribu. Harga tersebut disesuaikan dengan model serta tingkat kesulitan menenunnya.
"Kalau kain tenun per meternya Rp 15 ribu, sedangkan kain lurik untuk bahan baju per meternya Rp 45 ribu," papar Aster.
• May Day 2019, Bupati Sleman Ingatkan Pentingnya Hubungan Perusahaan dan Pekerja
Workshop yang dimiliki boleh saja kecil dan jauh dari keramaian. Namun siapa sangka barang kerajinan yang diproduksi sudah "jalan-jalan" ke berbagai pameran.