Bantul
Wakil Bupati Bantul : Lokasi Rawan Banjir dan Longsor Perlu Relokasi
Pemkab Bantul akan berkoordinasi dengan pemerintah desa untuk mencari lahan yang memungkinkan untuk relokasi.
Penulis: Amalia Nurul F | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Wakil Bupati Bantul Abdul Halim Muslih memandang perlu dilakukan relokasi melihat kejadian longsor yang terjadi di beberapa wilayah di Bantul.
Terlebih di daerah Sompok, Sriharjo, Imogiri yang ia pandang lokasinya sangat rawan untuk tetap ditinggali.
Ada sekitar tujuh kepala keluarga (KK) di Dusun Sompok yang terdampak longsor dan banjir akibat hujan tanpa henti pada Minggu (17/3/2019) kemarin.
"Dengan kondisi ini akan kami cari beberapa alternatif solusi. Menurut saya, perlu ada relokasi karena faktanya kondisi seperti ini tidak memungkinkan untuk dipertahankan," kata Halim saat ditemui Tribunjogja.com waktu meninjau lokasi longsor di Dusun Sompok, Senin (18/3/2019) siang.
Menurutnya, kondisi permukiman di tebing ini tetap berisiko jika dibangun kembali.
Meski telah bertahun-tahun menjadi permukiman, melihat kondisi yang ada, Halim berpendapat relokasi menjadi alternatif solusi yang dapat dilakukan.
"Kalau seperti ini gimana, kalau mau dibangun infrastruktur tetap saja rawan. Meskipun sudah bertahun-tahun, mungkin ratusan tahun sudah di sini tapi kenyataannya kerusakan semakin nyata. Daya tahan permukiman ini terhadap banjir dan longsor tidak mungkin dipertahankan," katanya.
Katanya, pemkab akan berkoordinasi dengan pemerintah desa untuk mencari lahan yang memungkinkan untuk relokasi.
Sementara, ia mengimbau agar masyarakat di daerah rawan untuk mengungsi di balai desa atau di tempat pengungsian yang tersedia di masing-masing desa.
"Masyarakat yang ada di titik rawan hendaklah mengungsi. Masing-masing desa sudah memahami kejadian demi kejadian yang sering terjadi," katanya.
Baca: Akses Jalan Terputus, 150 KK di Dusun Wunut Terisolasi
"Jadi dalam waktu tiga hari ini agar mengungsi, baik yang di bantaran sungai maupun tebing. Karena curah hujan juga masih tinggi menurut BMKG selama tiga hari ke depan," paparnya.
Dalam masa tanggap darurat ini, kata Halim keselamatan jiwa menjadi yang paling penting.
"Semua harus mengungsi. Desa akan melalukan koordinasi dengan dukuh dan RT agar warga mengungsi di balai desa. Semua kebutuhan di pengungsian akan kami penuhi," jelasnya.
Sementara itu, soal kebutuhan para pengungsi di Sriharjo, Lurah Desa Sriharjo, Titik Istiyawatun Khasanah mengatakan kebutuhan masih seputar makanan.
"Makanan siap saji, makanan balita, lilin karena mati lampu, air mineral untuk daerah Wunut, air bersih untuk daerah Sompok," urainya.
Kebutuhan alat dapur juga diperlukan karena ada rumah yang dapurnya hanyut oleh banjir.
"Yang dapurnya hilang, butuh alat masak," ujarnya. Selain itu, kebutuhan buku dan alat sekolah bagi anak-anak juga diperlukan. "Ada yang perlu buku dan seragam sekolah juga," ujarnya.(*)