Yogyakarta
Piyungan dan Sentolo Diusulkan Jadi Kawasan Ekonomi Khusus Berbasis Ekonomi Kreatif
Kawasan tersebut nantinya akan menjadi pusat ekspor kerajinan di DIY dan menjadi KEK berbasis ekonomi kreatif pertama kali di Indonesia.
Penulis: Agung Ismiyanto | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM - Pemerintah Provinsi DIY dan PT Yogyakarta Isti Parama (YIP) menjajaki pengusulan Kawasan Industri Piyungan (KIP) dan Kawasan Industri Sentolo (KIS) menjadi kawasan ekonomi khusus (KEK).
Kawasan tersebut nantinya akan menjadi pusat ekspor kerajinan di DIY dan menjadi KEK berbasis ekonomi kreatif pertama kali di Indonesia.
Kepala Bappeda, Budi Wibowo menjelaskan, terdapat lahan seluas 152 hektar yang akan dijadikan KEK.
Rinciannya, 105 hektar berada di Piyungan dan 47 hektar di Sentolo.
Baca: On Trend: 6 Gaya Mix and Match Koleksi Terbaru Gaudi Clothing
Dia pun menyebutkan, KEK ini nantinya akan menjadi mesin pertumbuhan ekonomi di daerah.
“KEK ini harus mempermudah proses investor masuk dan ekspor lebih lancar serta volume bertambah. Pemberdayaan masyarakat lebih banyak dan kemiskinan akan semakin terpangkas,” kata Budi di sela-sela rapat
koordinasi pengusulan KIP-KIS menjadi KEK di Hotel Meliapurosani, Rabu (27/2/2019).
Menurut Budi, PT YIP nantinya akan menjadi koordinator untuk ekspor kerajinan yang dihasilkan dari warga sekitar KEK.
Nantinya, ada 16 item yang akan masuk dalam pasar ekspor yang dihasilkan KEK.
Hal tersebut, menyesuaikan dengan produk yang dihasilkan oleh sebagian besar warga DIY.
“Ada 16 item seperti fashion, kuliner, kerajinan, digital dan IT yang dikembangkan di situ,” jelasnya.
Polanya, PT YIP akan bekerja sama dengan rumah tangga dengan membuat kelompok.
Baca: Bekraf Siapkan Rp630 Miliar untuk Pelaku Ekonomi Kreatif di 2019
Hasil dari kerajinan itu bisa ditempatkan di kawasan tersebut dan para pekerja seperti ibu rumah tangga menerima hasil dari ekspor kerajinan.
Hal tersebut, urai Budi, mampu mengikis angka kemiskinan yang tinggi dan berkutat pada data.
PT YIP, kata dia, pun ditantang untuk bisa bekerja sama dengan rumah tangga yang miskin untuk menghasilkan
produk.
“Ini bisa mengikis kemiskinan di DIY. Apalagi, bisa dikerjakan masyarakat menjadi peluang luar biasa. Penghasilan pun bisa di atas UMR. Contohnya, ibu rumah tangga bisa nyambi di rumah dan mendapat hasil sehingga bisa keluar dari garis kemiskinan,” jelasnya.