Kota Yogyakarta
Perubahan Iklim harus Dibendung agar Tidak Semakin Cepat
Suyana menambahkan, bahwa saat ini di seluruh Kampung di Kota Yogyakarta telah menjadi Proklim, hanya saja sifatnya masih rintisan.
Penulis: Kurniatul Hidayah | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Program Kampung Iklim bekerja seperti jejaring sosial.
Jangan sampai dampak perubahan iklim menyasar Kota Yogyakarta terutama masalah air, sampah, dan udara. Harus ada yang dilakukan.
Setidaknya itulah yang ditegaskan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, Suyana saat memberikan keterangan dalam Workshop Proklim di Ruang Bima Kompleks Balaikota Yogyakarta, Selasa (26/2/2019).
Suyana menjelaskan, perubahan iklim terjadi baik berdampak langsung terhadap cuaca saat ini ataupun dampak jangka panjang terkait efek gas rumah kaca.
Baca: #10YearsChallenge Perubahan Iklim, Manajemen Risiko Bencana Wajib Digalakkan
"Perubahan cuaca saat ini sudah terjadi. Kenapa di pantai terjadi rab tinggi. Pantai Parangtritis selalu ada ombak yang tinggi padahal dulu tidak pernah terjadi. Baru terjadi akhir-akhir ini," bebernya.
Ia menerangkan bahwa terdapat indikasi perubahan cuaca.
Ketika terjadi kenaikan iklim 1 derajat di daerah khatulistiwa, maka terjadi kenaikan 4 derajat di daerah kutub sehingga menyebabkan pertambahan gelombang air laut maupun ombak yang semakin tinggi.
"Lalu perubahan pola hujan dan musim. Hujan sudah tidak bisa diprediksi. Dulu puting beliung menjadi kejadian yang asing, tapi ekarang sudah menjadi sering untuk dijumpai," tandasnya.
Baca: Kapal Selam Pertama Rakitan Anak Bangsa akan Diluncurkan Maret 2019
Terkait hal tersebut, Suyana menegaskan bahwa tugas kita adalah harus membendung perubahan iklim agar tidak terjadi semakin cepat dari yang ada saat ini.
"Saya menghitung bahwa warga Kota Yogyakarta memproduksi sampah sebanyak 0,7 kg per hari per kapita.
Kalau ditumpuk di Piyungan, akan menghasilkan gas metan yang merusak ozon kita. Kitanya tidak sadar, tapi kalau setiap orang seperti itu dan tidak ada upaya pengurangan sampah, bisa ditutup karena penuh TPA Piyungan," ucapnya.
Baca: Kesehatan Jantung Janin Bisa Terganggu Akibat Perubahan Iklim
Suyana menuturkan besar harapan agar bisa menyiapkan Proklim yang bisa dibina DLH agar setiap kampung menjadi kampung yang tangguh iklim selain merupakan kampung tanggung bencana dan sebagainya.
"Kami bersama kementerian membina masyarakatnya. Kampung yang siap menghadapi iklim. Isu Jogja Asat maka di perubahan iklim dilakukan beberapa tindakan mulai ada sumur resapan, menanam pohon, membangun bipori dan seterusnya," bebernya.
Suyana menambahkan, bahwa saat ini di seluruh Kampung di Kota Yogyakarta telah menjadi Proklim, hanya saja sifatnya masih rintisan.
Baca: Misterius, Bangkai Paus Bungkuk Ditemukan Terdampar di Tengah Hutan Amazon
Sementara itu, Sekda Kota Yogyakarta Titik Sulastri menjelaskan bahwa perubahan iklim tidak hanya persoalan lingkungan hidup tapi juga merembet ke ekonomi, sosial, politik, dan sebagainya.