Sains
Ini Sebabnya Kurang Tidur Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung
Kini sebuah penelitian baru mengungkap mengapa kualitas tidur yang buruk dapat berimbas pada jantung dan pembuluh darah.
TRIBUNJOGJA.COM - Sejumlah penelitian mengaitkan tidak cukup tidur dengan risiko masalah jantung, termasuk tekanan darah tinggi, dan stroke.
Hal tersebut didasarkan pada pernyataan Pusat Pengendalian dan Pencegahan (CDC),
Namun, alasan biologis yang mendasarinya belum jelas.
Kini sebuah penelitian baru mengungkap mengapa kualitas tidur yang buruk dapat berimbas pada jantung dan pembuluh darah.
Dalam studi baru tersebut, para peneliti mengamati tikus yang secara genetik rentan terhadap aterosklerosis atau pengerasan pembuluh darah karena penumpukan plak.
Kelompok tikus dipecah menjadi dua.
Kelompok pertama berisi tikus yang dibiarkan tidur dalam waktu yang cukup, sedangkan kelompok kedua berisi tikus yang ketika tidur 'diganggu' dengan alat yang bergerak secara otomatis melintasi bagian bawah kandang.
Baca: Manfaat Terong untuk Kesehatan, Baik untuk Jantung Hingga Antioksidan Kanker
Hasilnya, tikus yang kurang tidur tidak mengalami perubahan berat badan atau kadar kolesterol dibandingkan dengan tikus yang cukup tidur.
Namun, tikus yang kurang tidur memang memiliki plak yang lebih besar di arteri mereka dan tingkat peradangan yang lebih tinggi di pembuluh darah, bila dibandingkan dengan tikus yang cukup tidur.
Hal ini menurut peneliti disebabkan karena tidur yang tidak nyenyak dapat mengubah kadar hormon hipokretin (juga dikenal sebagai orexin).
Penurunan kadar hipokretin menyebabkan peningkatan kadar protein yang disebut CSF1, yang pada gilirannya meningkatkan produksi peradangan sel darah putih di sumsum tulang.
Peradangan inilah berperan dalam mempercepat aterosklerosis itu tadi.
Baca: Sempat Dikira Menderita Leukimia, Ternyata Dokter Temukan Tusuk Gigi di Jantung Pria Ini
Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Nature, Rabu (13/2/2019) ini menunjukkan bahwa tidur yang cukup dapat melindungi dari aterosklerosis.
Sebaliknya kualitas tidur yang kurang membuat kondisi semakin buruk.
Meski begitu, karena studi dilakukan pada tikus, peneliti perlu mempelajari lebih lanjut temuan ini pada manusia.