Yogyakarta
Bukan Tarian Edan-edanan, Ini Makna Durbala Singkir dalam Dhaup Ageng
Tim Pranatan Lampah-lampah Dhaup Ageng mengatakan, dalam acara Dhaup Ageng Pakualaman ini ada empat penari yang mengiringi upacara panggih.
Penulis: Agung Ismiyanto | Editor: Ari Nugroho
Laporan Reporter Tribun Jogja, Agung Ismiyanto
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Nyi MT Sestrorukmi, Tim Pranatan Lampah-lampah Dhaup Ageng mengatakan, dalam acara Dhaup Ageng Pakualaman ini ada empat penari yang mengiringi upacara panggih.
Para penari ini disebut sebagai Durbala Singkir.
“Artinya, durbala itu adalah kekuatan jahat atau tindak durjana. Sementara, singkir itu artinya menyingkirkan. Jadi artinya adalah menyingkirkan kekuatan jahat,” katanya, Sabtu (5/1/2019).
Tarian durbala singkir ini jika dalam masyarakat umum biasanya disebut tarian edan-edanan.
Perbedaan lainnya adalah aksesoris yang dipakai oleh penari.
Jika dalam tarian edan-edanan ada aksesoris bunga-bunga berwarna merah, namun dalam durbala singkir menggunakan janur atau Sejatingnur.
Baca: Tunggu Kekancingan dari Paku Alam X, Maya Akan Berganti Nama
Adapun penari berwajah putih dengan riasan tertentu juga konon melambangkan kekuatan negatif.
Jika kekuatan negatif bertemu negatif maka akan menjadi positif.
Para paraga juga memakai kain sekarsih dengan harapan akan mendapat kasih dari Tuhan.
“Mereka mengucapkan doa-doa sehingga kekuatan jahat menyingkir,” jelasnya.
Baca: Kerukunan dan Kelestarian Budaya dalam Prosesi Dhaup Ageng Puro Pakualaman Yogyakarta
Untuk tongkat dengan ujung lidi berarti sebagai tolak bala atau menolak kekuatan jahat.
Abdi Dalem Perpustakaan dan Pawiyatan Puro Pakualaman, Mas Riyo Dwijo Hutomo alias Dr Sudibyo, menjelaskan, untuk tamu pejabat, kerajaan dan negara yang diundang pada Sabtu (5/1/2019), berkisar antar 2.000 undangan.
Sementara untuk tamu sahabat, rekan, kerabat dan masyarakat umum pada Minggu (6/1/2019) mencapai 4.400 tamu. (Tribunjogja.com)
