Maria Butina, Si Cantik Mata-mata Rusia Mengaku Bersalah dan akan Kerja Sama dengan AS
Maria Butina ditahan oleh otoritas Amerika Serikat pada Juli lalu atas tuduhan bertindak sebagai mata-mata Rusia. Kini, si cantik ini berbalik arah
TRIBUNJOGJA.COM - Maria Butina ditahan oleh otoritas Amerika Serikat pada Juli lalu atas tuduhan bertindak sebagai mata-mata Rusia.
Dia dituding berupaya menyusup ke kelompok politik di AS, termasuk Asosiasi Senjata Nasional (NRA) yang memiliki lobi kuat tentang hak kepemilikan senjata.
Berhubungan Intim di Puncak Piramida, Pasangan Ini Dikecam Dunia
Dalam perkembangan terbaru, seperti diwartakan VOA News, Selasa (11/12/2018), Butina diperkirakan akan mencapai kesepakatan untuk pengakuan bersalahnya pada pekan ini.
Dia direncanakan akan muncul di pengadilan Washington untuk sidang pada Rabu (12/12/2018).
Namun, pelanggaran pidana yang bakal diakuinya tidak diungkapkan ke publik.
Belum diketahui juga apakah dia akan setuju untuk bekerja sama dengan jaksa AS dalam penyelidikan kasusnya.
Libatkan Anggota Partai Republik
Namun, laporan CNN menyebutkan dia bakal bekerja sama dengan jaksa yang berfokus pada penyelidikan terhadap Paul Erickson dan petinggi Rusia.

Perempuan berusia 30 tahun itu diduga memiliki hubungan pribadi dengan aktivis Partai Republik yang terkait dengan NRA, Paul Erickson, dan tinggal bersamanya.
Butina juga dianggap memiliki hubungan dekat dengan petinggi Rusia. Spekulasi mencuat seputar identitas petinggi itu yang disebut bernama Alexander Torshin, seorang politisi Rusia.
Turis Asing Ini Tak Percaya, Uangnya 10.000 Dolar AS yang Hilang Dikembalikan Sopir Taksi
Saat ini, Torshin merupakan pejabat senior bank sentral Rusia dan mantan anggota parlemen Rusia. Dia juga salah satu dari sejumlah pejabat senior Rusia yang terkena sanksi AS.
Butina juga terdaftar sebagai mahasiswa pascasarjana di American University di Washington. Di sana, dia memperoleh gelar master hubungan internasional awal tahun ini.
Pengacaranya mengklaim, Butina hanya seorang mahasiswi yang tertarik pada politik AS dan hubungan AS-Rusia.
Rusia Kirim 2 Pesawat Pembom Tupolev TU-160 dan 100 Pilot ke Venezuela