Umur Mumi Tertua Leluhur Suku Asli Amerika Berhasil Diketahui dari Tes DNA
Spirit Cave Mummy berusia 10.600 tahun—membuatnya menjadi mumi alami tertua yang pernah ditemukan di dunia.
TRIBUNJOGJA.COM - Para ilmuwan menemukan rangka manusia purba yang dikenal dengan nama “Spirit Cave Mummy” pada 1940. Mumi tersebut tersembunyi di gua berbatu di Great Basin Desert, Nevada, AS.
Meski sudah ditemukan sejak lama, tetapi para peneliti baru mengetahui usia mumi tersebut setelah teknik penanggalan radiokarbon muncul pada 1990-an.
Hasilnya menunjukkan bahwa Spirit Cave Mummy berusia 10.600 tahun—membuatnya menjadi mumi alami tertua yang pernah ditemukan di dunia.
Setelah pertempuran panjang, teknik pengurutan DNA akhirnya mengungkapkan bahwa Spirit Cave Mummy berkaitan dengan suku asli Amerika, yang telah lama mengklaim gua tersebut sebagai bagian dari tanah leluhurnya.
Spirit Cave Mummy, saat ini telah dikaitkan dengan suku Fallon Paiute-Shoshone di Nevada.
Penemuan mengejutkan ini hadir sebagai bagian dari studi genetika yang dipublikasikan pada majalah Science, yang menganalisis beberapa penemuan kuno yang kontroversial mulai dari Alaska hingga Patagonia.
Temuannya memungkinkan para ilmuwan untuk melacak pergerakan kelompok manusia purba karena mereka menyebar dengan cepat di seluruh Amerika selama Zaman Es.
Studi terbaru tersebut menantang teori lama yang mengatakan bahwa kelompok berbeda, dikenal sebagai Paleoamericans, mungkin telah menghuni Amerika Utara sebelum penduduk asli Amerika melakukannya.
Mengurutkan DNA
Sebagai bagian dari penelitian, para ilmuwan juga mengurutkan DNA kelompok manusia berusia 10.400 tahun yang ditemukan di Lagoa Santa, Brazil, pada abad ke-19.
Penelitian sebelumnya berdasarkan morfologi kranial—atau pemeriksaan bentuk tengkorak—telah mengarah pada teori bahwa kerangka Lagoa Santa bukan penduduk asli Amerika karena bentuk tengkorak mereka berbeda.
“Studi kami membuktikan bahwa Spirit Cave Mummy dan Lagoa Santa sebenarnya secara genetis lebih dekat dengan penduduk asli Amerika dibanding kelompok kuno atau kontemporer lainnya yang sudah diurutkan hingga saat ini,” kata Eske Willeslev, pemimpin penelitian dari University of Cambridge and University of Copenhagen.
“Meski begitu, melihat benjolan dan bentuk kepala mereka tidak langsung membantu Anda memahami asal usul genetik sejati suatu populasi. Yang pasti, kami telah membuktikan bahwa ada orang-orang yang terlihat sangat berbeda, tapi sangat erat hubungannya,” paparnya.