Pembukaan Cupu Panjala Kembali Digelar di Dusun Mendak Gunungkidul Malam Hingga Dini Hari Tadi

Cupu itu sendiri berbentuk guci kecil yang berjumlah 3 buah, lalu dimasukkan ke dalam peti dan dibalut dengan ratusan kain kafan

Penulis: Wisang Seto Pangaribowo | Editor: Muhammad Fatoni
Tribun Jogja/ Wisang Seto Pangaribowo
Prosesi terakhir pembukaan Cupu Panjala, Senin (1/10/2018) malam pukul 21.00 hingga Selasa (2/10/2018) dini hari, di Girisekar, Panggang, Gunungkidul 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Wisang Seto Pangaribowo

TRIBUNJOGJA.COM,GUNUNGKIDUL - Pembukaan Cupu Panjala digelar di Dusun Mendak, Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Gunungkidul, Senin (1/10/2018) malam hingga Selasa (2/10/2018) dini hari tadi.

Tradisi tersebut telah menjadi kepercayaan masyarakat sekitar secara turun-temurun.

Pada tradisi pembukaan Cupu Panjala ini juga dilaksanakan pembacaan ramalan kondisi negeri untuk satu tahun ke depan.

Cupu itu sendiri berbentuk guci kecil yang berjumlah 3 buah, lalu dimasukkan ke dalam peti dan dibalut dengan ratusan kain kafan.

Ketiga cupu memiliki masing-masing nama yaitu Semar Kinandu, Palang Kinantang, dan Kenthiwiri.

Ramalan dibacakan berdasarkan gambar-gambar yang muncul di setiap lembar kain kafan yang menyelimuti cupu tersebut.

Kurang lebih ada 50 ramalan yang dibacakan oleh sang juru kunci.

Kepala Desa Girisekar, Sutarpan, mengatakan tradisi pembukaan Cupu Panjala ini dilakukan di rumah Dwijo Sumarto yang merupakan juru kunci.

"Dwijo sumarto merupakan generasi ke tiga dari Eyang Seyek," jelasnya.

Ia juga menuturkan, pembukaan Cupu Panjala kali ini diikuti oleh ribuan pengunjung dan lebih banyak dari tahun lalu.

"Prediksi pengunjung lebih banyak, karena cuaca bagus tidak hujan serta pada tahun ini mendekati tahun politik, biasanya banyak calon legislatif (caleg) yang datang kesini," katanya.

Terpisah, Anggota dewan kebudayaan CB Supriyanto mengatakan dirinya senang upacara adat ini dapat berjalan dengan lancar.

"Saya senang karena upacara adat ini tidak ada benturan dengan agama," katanya.

Disinggung mengenai isi ramalan, ia mengatakan isi ramalan tersebut bisa ditafsirkan apa saja.

"Tergantung yang menafsirkan bersama-sama atau kolektif, biasanya jika sudah terjadi baru masyarakat menyadari, oh itu yang terjadi," katanya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved