Bisnis
Wirausaha Jadi Jalan Pengentasan Pengangguran
Upaya untuk menekan jumlah pengangguran, menjadi pekerjaan rumah besar yang mesti diselesaikan oleh pemerintah daerah serta lembaga terkait lainnya
Laporan Calon Reporter Tribun Jogja, Yosef Leon Pinsker
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Pengangguran memang menjadi persoalan yang pelik untuk dipecahkan.
Upaya untuk menekan jumlah pengangguran, menjadi pekerjaan rumah besar yang mesti diselesaikan oleh pemerintah daerah serta lembaga terkait lainnya.
Berdasarkan data yang dirilis oleh survei angkatan kerja nasional (Sakernas) pada Agustus 2017 lalu, jumlah pengangguran di DIY ada di angka 64.019 orang.
73 persen dari jumlah tersebut adalah mereka yang lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sisanya terdiri dari para diploma, sarjana, dan magister.
Baca: Tekan Jumlah Pengangguran, Disnakertrans Bantul Gelar Job Fair
Di DIY, kabupaten dengan jumlah pengangguran terbanyak dipegang oleh Sleman yang berjumlah 23.173 orang, disusul oleh kabupaten Bantul sebanyak 17.466 orang, kemudian kota Yogyakarta di angka 11.422 orang, kabupaten Gunungkidul sejumlah 7.085 orang, dan yang terkecil yakni Kabupaten Kulon Progo dengan jumlah 4.873 orang penganggur.
Dalam diskusi yang bertajuk 'Jogja Merdeka dari Pengangguran' yang digelar oleh Satu Desa Satu Entrepreneur (SADESAE), pada Jumat (7/9/2018) di RM Kampung Mataraman, Kabid Perluasan dan Penempatan Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnaker) DIY, Eli Supriyanti menjelaskan, banyak faktor yang menyebabkan angka pengangguran cukup tinggi di DIY.
Salah satunya yakni tidak sebandingnya antara pertumbuhan kesempatan kerja dengan jumlah angkatan kerja yang tersedia.
Dia juga menyebut, ada beberapa hal yang menjadi tantangan sekaligus juga peluang dalam hal ketenagakerjaan di DIY.
Baca: Ulang Tahun ke-187, Kemiskinan dan Pengangguran Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pemkab Bantul
Pertama, terkait dengan keberadaan bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kulon Progo.
"Tentu saja hal ini akan menjadi peluang bagi kita, terkait dengan penempatan tenaga kerja dan faktor pendukungnya," imbuhnya.
Kemudian, era pasar bebas yang dinilainya akan menimbulkan kompetisi bagi para pencari kerja dalam negeri dengan pencari kerja dari luar.
Selanjutnya adalah era industri 4.0 yang serba digital.
"Jadi mungkin kedepannya perusahaan-perusahaan yang sifatnya padat karya itu lama kelamaan akan tergerus dan mengganti para pekerjanya dengan yang berbasiskan mesin," tambahnya.
Direktur SADESAE, Rizal Rinaldi menjelaskan, DIY yang terkenal dengan kota pariwisata dan kota pelajarnya, saat ini masih berkutat dengan jumlah pengangguran yang tinggi, terutama di desa.