Pendidikan
Fakultas Teknik UGM Bangun Huntras untuk Korban Gempa Lombok
Untuk meningkatkan rasa kenyamanan warga, Fakultas Teknik UGM berinisiatif membangun rumah hunian transisi atau huntras.
TRIBUNJOGJA.COM - Bencana gempa bumi yang melanda Nusa Tenggara Barat telah meluluhlantakkan perekonomian daerah lombok bagian utara.
Hampir seluruh bangunan rumah dan gedung dalam kondisi rusak berat.
Baca: Jokowi Kirim 400 Insinyur Muda untuk Pulihkan Lombok
Di daerah kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, misalnya, hampir seluruh bagunan kini rata dengan tanah, sisa-sisa bangunan yang dianggap tidak layak ditempati tersebut bahkan dirobohkan oleh warga karena berisiko akan runtuh apabila diguncang gempa kembali.
Alhasil, banyak warga memilih tinggal dan hidup di tenda pengungsian untuk meminimalisir risiko.
Setiap harinya mereka memilah dan menyelamatkan beberapa sisa bangunan yang dianggap masih bisa dipakai seperti material batu bata, kusen jendela dan pintu.
Untuk meningkatkan rasa kenyamanan warga selama tinggal di tenda pengungsian, Fakultas Teknik UGM berinisiatif membangun rumah hunian transisi atau huntras.
Rumah sementara ini dibangun di lokasi rumah warga dengan menggunakan bahan baja ringan dengan fondasi besi baja.
Berukuran 3x6 meter, rumah hunian sementara ini diharapkan bisa memberi kenyamanan bagi warga.
Pembangunan rumah transisi ini dilakukan oleh sembilan orang mahasiswa KKN Peduli Bencana Lombok.
Setiap hari mereka menyurvei rumah warga yang akan dibangun huntras, membantu membersihkan sisa-sisa puing reruntuhan dan mensosialisasikan program tersebut ke warga.
Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik, Farid Fadlillah mengatakan, ada 50 rumah yang akan dibangun huntras di Dusun Karang Pansor dan Karang Petak.
Ia bersama rekan mahasiswa lainnya melakukan pendataan terkait rumah-rumah yang dianggap paling membutuhkan.
“Kita meminta data pada kepala dusun,” ujar Farid, Senin (3/8/2018) melalui siaran resmi yang diterima Tribunjogja.com.
Menurutnya, tidak mudah mensosialisasikan program rumah hunian transisi ini karena yang akan dibangun hanya 50 buah rumah dari dua dusun.
Sementara untuk satu dusun berjumlah hampir 300-450 kepala keluarga yang sebagian rata-rata rumah mereka sudah dirobohkan.