Bantul
Hardiknas, Pemkab Bantul Tak Ingin Ada Lagi Kasus Kekerasan di Sekolah
Masih adanya kasus kekerasan di sekolah menjadi satu dari beberapa persoalan yang dicermati Pemkab Bantul.
Penulis: Susilo Wahid Nugroho | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Masih adanya kasus kekerasan di sekolah baik oleh guru kepada siswa atau sebaliknya, menjadi satu dari beberapa persoalan yang dicermati Pemkab Bantul.
Melalui Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga setempat, Pemkab Bantul berupaya agar kekerasan di sekolah tidak kembali terjadi.
Seperti diketahui, kekerasan di lingkup sekolah sempat menimpa Guru Budi di Sampang, Madura yang meninggal karena dipukul muridnya.
Atau, penamparan sadis guru SMK terhadap sejumlah siswa di Purwokerto, Jawa Tengah sampai hukuman menjilat WC oleh siswa SD di Sumatera Utara.
Dikutip dari Tribunnews.com, data Ikhtisar Eksekutif Startegi Nasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Anak 2016-2020 oleh Kemen-PPPA menunjukan, 84 persen siswa pernah mengalami kekerasan di sekolah.
Sebanyak 45 persen siswa laki-laki menyebut pelakunya adalah guru atau petugas sekolah.
Sedangkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dalam tri semester pertama 2018, pengaduan yang diterima didominasi kekerasan fisik dan anak korban kebijakan 72 persen, kekerasan psikis 9 persen, kekerasan pemerasan 4 persen dan kekerasan seksual 2 persen.
Kepala Disdikpora Bantul, Didik Warsito mengatakan, kekerasan di sekolah tidak boleh terjadi.
"Entah dalam bentuk apapun, kekerasan di sekolah tidak semestinya terjadi," kata Didik usai upacara Peringakatan Hari Pendidikan Nasional di Lapangan Paseban, Bantul, Rabu (2/5/2018).
Pandangan Didik, metode pengajaran dewasa ini mengalami dinamika.
Jika dahulu guru melempar penghapus ke arah siswa yang bandel atau memukul jari jika kedapatan kuku masih panjang menjadi hal yang wajar dan tidak banyak yang bersuara, kini metode itu tak bisa dilakukan.
Pendidikan era masa kini menurut Didik lebih ditekankan agar membuat siswa menjadi tumbuh dan mendapatkan pendidikan dengan cara yang baik pula.
"Prinsipnya, kalau anak terbiasa mendapatkan kekerasan maka kelak ia juga akan tumbuh dan belajar kekerasan," kata Didik.
Di lingkup wilayah Bantul sendiri, Didik mengupayakan langkah antisipatif agar kasus kekerasan di sekolah tak terjadi.
Satu di antaranya, melalui himbauan kepada para guru agar lebih sabar dalam mendidik siswa-siswi di sekolah.